kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Porsi pembiayaan anggaran yang tinggi di awal tahun belum mengkhawatirkan


Kamis, 21 Maret 2019 / 20:02 WIB
Porsi pembiayaan anggaran yang tinggi di awal tahun belum mengkhawatirkan


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Strategi pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) secara masif di awal tahun alias front loading membuat utang pemerintah membengkak. Kendati demikian, para ekonom melihat kondisi ini belum mengkhawatirkan.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, langkah pemerintah melakukan front loading ini memanfaatkan kepercayaan pelaku pasar yang sangat positif terhadap Indonesia di awal tahun. "Situasinya kondusif sehingga pemerintah memilih untuk menerbitkan mayoritas SBN nya di awal," kata David.

Kondisi positif ini, menurut Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja berpotensi berlanjut pasca The Federal Reserve mengumumkan keputusannya menahan suku bunga acuan hingga akhir tahun.

Artinya, animo investor terhadap pasar keuangan emerging market, termasuk Indonesia, akan kembali tinggi.

"Saya pikir langkah pemerintah dalam menerbitkan SBN atau front loading ini masih wajar. Dengan yield differential saat ini, inflow masih akan terjadi," kata Enrico, Kamis (21/3).

Adapun, David mengatakan, pemerintah tetap perlu memastikan dua hal di tengah strategi penerbitan SBN. Pertama, porsi kepemilikan SBN asing benar berkurang dan kedua, distribusi tenor penerbitan merata.

Berdasarkan statistik DJPPR, porsi kepemilikan asing terhadap total SBN masih 38,58% per Rabu (20/3). Porsi ini justru naik jika dibandingkan awal Januari di mana kepemilikan asing hanya 37,72%.

"Kalau distribusi tenor saya lihat sudah lebih baik dibanding tahun-tahun lalu, artinya sekarang kepemilikan SPN yang tenor pendek sudah lebih banyak sehingga tidak dominasi di jangka menengah panjang saja. Ini lebih bagus dan mudah untuk memantau yield-curve kita," kata David.

Meski pemerintah berniat menurunkan penerbitan SBN valas tahun ini, David menilai pemerintah tetap perlu melakukan diversifikasi penerbitan SBN valas. Misalnya, SBN berdenominasi yen, euro, dan mata uang asing lainnya.

Soal rasio utang pemerintah yang saat ini menyentuh 30,33% dari PDB, David tak mau menyimpulkan terlalu cepat. Pasalnya, rasio tersebut masih relatif sama dengan yang selama ini terjadi.

"Dari sisi rasio tidak ada banyak perubahan, masih naik turun di sekitaran 30% dan dibandingkan negara lain di kawasan rasio kita pun masih cukup rendah," tandasnya.

Catatan saja, Kementerian Keuangan (Kemkeu) melaporkan,penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 197,1 triliun atau memenuhi 50,67% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 388,96 triliun.

Sementara, realisasi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 secara keseluruhan mencapai Rp 197,56 triliun per akhir Februari lalu atau 66,74% dari target pembiayaan anggaran yang dipatok sebesar Rp 296 triliun hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×