kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Per November, utang luar negeri Indonesia tumbuh 8,3%


Rabu, 15 Januari 2020 / 10:53 WIB
Per November, utang luar negeri Indonesia tumbuh 8,3%
ILUSTRASI. Utang luar negeri Indonesia


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada November 2019 tumbuh melambat. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi ULN pada akhir November sebesar US$ 401,4 miliar. Posisi tersebut tumbuh 8,3% secara year on year atau lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 12,0%. 

"Ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN pemerintah maupun ULN swasta," tulis BI dalam keterangan resminya, Rabu (15/1).

ULN Indonesia tersebut terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar US$ 201,4 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar US$ 200,1 miliar.

Terperinci, BI mencatat posisi ULN pemerintah pada akhir November 2019 capai US$ 198,6 miliar atau tumbuh 10,1% yoy atau melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya di 13,6% yoy. Posisi ini juga tercatat lebih rendah secara bulanan karena pelunasan pinjaman bilateral dan multilateral yang jatuh tempo pada periode laporan.

Baca Juga: Utang Masih Jadi Andalan untuk Menutup Defisit Anggaran

Sebagai informasi, ULN pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, seperti sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan porsi 19,0% dari total ULN pemerintah, sektor konstruksi dengan porsi 16,5%, sektor jasa pendidikan sebesar 16,1%, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 15,4%, serta sektor jasa keuangan dan asuransi dengan porsi 13,4%.

Sementara itu, ULN swasta juga tercatat tumbuh lebih rendah dari bulan sebelumnya. ULN tersebut hanya naik 6,9% yoy atau lebih rendah dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,7% yoy.

Baca Juga: Meredam Defisit Keseimbangan Primer

Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh cukup tingginya pelunasan surat berharga domestik jatuh tempo, meskipun pada periode yang sama terdapat penerbitan surat utang perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) dan penarikan pinjaman oleh perbankan.




TERBARU

[X]
×