kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengusaha menyambut penawaran kredit ekspor berbunga rendah


Kamis, 05 Juli 2018 / 15:46 WIB
Pengusaha menyambut penawaran kredit ekspor berbunga rendah
ILUSTRASI. Bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini, bila ada riak-riak sedikit di pasar, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan merosot. Salah satu problem yang menyebabkan ini terjadi adalah transaksi berjalan atau current account Indonesia yang masih mencatatkan defisit.

Artinya, apabila impor lebih besar dari ekspor, sulit bagi rupiah untuk menguat. Oleh karena itu, pemerintah kini fokus memacu ekspor dengan rencana mendukung pembiayaan ekspor ke negara tertenti melalui kredit ekspor berbunga rendah.

Wakil Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, ide ini merupakan inisiatif yang sangat baik dari pemerintah. Menurut Shinta, financing bunga rendah dibutuhkan terutama untuk usaha mikro dan kecil (UMKM), sektor makanan dan minuman, dan sektor kerajinan. “Tentunya sangat baik,” ucapnya kepada KONTAN, Kamis (5/7).

“Setiap pasar perlu dipetakan produk unggulan Indonesia yang bisa diekspor. Saat ini, produk Indonesia secara general yang diprioritaskan untuk ekspor contohnya palm oil, tekstil, dan alas kaki,” lanjutnya.

Namun demikian, Shinta mengatakan bahwa pembiayaan bukan satu-satunya masalah dalam hal ekspor. Menurut dia, perlu juga dukungan pengembangan produk dan promosi untuk penetrasi pasar.

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat Usman mengatakan, pembiayaan ekspor ke negara tertentu melalui kredit ekspor berbunga rendah adalah langkah yang baik di tengah upaya pemerintah memperkecil current account deficit. Namun demikian, menurut Ade, seharusnya tidak ada sektor, produk, atau negara tujuan yang spesifik untuk mendapatkan insentif ini.

“Harusnya ke semua saja, Apapun selama menghasilkan devisa dan menyerap banyak tenaga kerja,” ujar Ade kepada KONTAN.

Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara di Gedung DPR RI mengatakan, national interest account (NIA) untuk ekspor ini agar dapat setidaknya dapat mengkompensasi lonjakan impor yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. “Ini untuk membantu para eksportir kita dengan pembiayaan untuk menerobos pasar ekspor yang baru,” kata dia.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adrianto mengatakan, untuk mendukung pembiayaan ekspor ke negara, semisal Afrika, pemerintah dapat mendukung perusahaan yang melakukan ekspor tersebut melalui kredit ekspor berbunga rendah. “Ini masih konsep dan masih dibahas,” kata dia kepada KONTAN, Selasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×