kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembangan Morowali, Luhut: Investor harus gandeng partner lokal


Minggu, 13 Januari 2019 / 14:08 WIB
Pengembangan Morowali, Luhut: Investor harus gandeng partner lokal


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mendorong upaya pengembangan kawasan industri Morowali atawa PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Namun, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan mengatakan, harus ada syarat tertentu untuk hal ini yakni, menggandeng partner lokal.

"Pemerintah akan membantu agar ini bisa dikembangkan menjadi kawasan ekonomi khusus tetapi syaratnya, Anda harus menggandeng partner lokal. Hal ini tidak boleh ditawar. Tentunya kerja sama itu harus menguntungkan kedua belah pihak," tegas Luhut saat mengunjungi langsung kawasan industri Morowali akhir pekan lalu.

Luhut mengungkapkan keinginan pemerintah untuk mendekatkan industri hulu ke hilir dalam satu kawasan sehingga impor bisa dikurangi.

"Kalau sekarang di wilayah ini produk yang dihasilkan sudah sampai carbon steel (baja karbon) kami berharap nanti akan dihasilkan juga produk turunan lainnya. Begitu juga dengan baterai, dari industri hulu hingga produk akhirnya bisa dikerjakan di sini," katanya.

Pasalnya, industri-industri di Indonesia yang membutuhkan stainless steel selama ini masih impor untuk memenuhi kebutuhan.

Sehingga, dengan adanya stainless steel yang dihasilkan di kawasan IMIP ini akan bisa diserap oleh industri dalam negeri karena bisa menghemat biaya transportasi bahkan bisa memunculkan industri-industri hilir baru.

Luhut juga menyangkal jika, kawasan industri Morowali ini merupakan bentuk invasi China. "Tidak ada itu. Mereka datang ke sini untuk membawa modal," tegas dia.

Terbaru investor China dan Jepang baru saja membangun pabrik pertama untuk lithium baterai dengan total investasi US$ 700 miliar.

Lebih lanjut ia menjelaskan, TKA dari China itu digaji dua kali atau tiga kali lipat. "Pasti perusahaan juga tidak mau berlama-lama mempekerjakan orang asing ini,” katanya.

Ia yakin tenaga kerja asing tersebut tidak akan selamanya di Indonesia. Adapun saat ini di IMIP dari 30.028 tenaga kerja di sana, ada 3.100 tenaga kerja asing dengan masa kontrak paling lama tiga tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×