kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Neraca dagang alami defisit US$ 864 juta di Januari, ini penjelasan lengkap BPS


Senin, 17 Februari 2020 / 14:15 WIB
Neraca dagang alami defisit US$ 864 juta di Januari, ini penjelasan lengkap BPS
ILUSTRASI. Kepala BPS Suhariyanto dan jajaran BPS saat pemaparan neraca dagang Desember 2019 di Jakarta (15/1/2020).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan di tahun ini, dibuka dengan catatan defisit yang terjadi di bulan Januari 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit di awal tahun ini sebesar US$ 0,86 miliar atau US$ 864 juta.

"Meski mengalami defisit, ini masih lebih kecil bila dibandingkan defisit yang terjadi di Januari 2019 yang sebesar US$ 1,06 miliar," kata Kepala BPS Suhariyanto pada Senin (17/2) di Jakarta.

Baca Juga: Sektor migas jadi biang kerok penurunan ekspor Indonesia bulan Januari 2020

Defisit yang terjadi pada awal tahun ini disebabkan oleh nilai ekspor yang lebih kecil dibandingkan nilai impor. Nilai ekspor tercatat sebesar US$ 13,21 miliar, sementara nilai impor tercatat sebesar US$ 14,28 miliar.

Terperinci, nilai ekspor pada bulan Januari 2020 turun 7,16% secara bulanan atau bila dibandingkan dengan nilai ekspor di tahun sebelumnya, ini tercatat turun 3,71% mom. Sementara nilai impor terkoreksi 1,60% secara bulanan dan bila secara tahunan turun sebesar 4,78% yoy.

Selain itu, Suhariyanto juga mengatakan bahwa penyebab defisit neraca dagang ini disebabkan oleh neraca minyak dan gas (migas) yang mengalami defisit US$ 1,18 miliar sementara neraca dagang non migas mengalami surplus kecil US$ 317 juta.

Baca Juga: (BREAKING NEWS) Neraca dagang Januari 2020 alami defisit US$ 864 juta

Perkembangan nilai ekspor dan impor pada bulan Januari 2020 ini juga disebabkan oleh adanya perkembangan harga yang terjadi. Dari komoditas migas, harga minyak mentah di Indonesia tercatat mengalami penurunan 2,68% mom dari Desember 2019 yang sebesar US$ 67,18 per barel menjadi US$ 65,38 per barel di awal tahun ini.




TERBARU

[X]
×