Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani angkat suara atas anjloknya Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang turun dalam ke level 27,5 pada April 2020. Angka tersebut merupakan yang terburuk sejak 2011.
Level PMI ini, jatuh dalam di bulan April, pasalnya Maret lalu, , PMI Manufaktur Indonesia masih bertengger di level 45,3.
"Angkanya (turun) paling dalam dibandingkan negara Asia, lebih dalam dari Jepang dan Korea Selatan," ungkap Sri Mulyani dalam video conference, Senin (4/5).
Sekadar informasi, PMI Manufaktur Indonesia di bawah 50 menandakan bahwa aktivitas bisnis di sektor tersebut sedang kontraksi.
PMI manufaktur ini juga sejalan dengan penurunan impor kita sepanjang kuartal I 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor turun 3,69% menjadi US$39,17 miliar sepanjang Januari-Maret 2020.
Menurut Menkeu, aktivitas manufaktur memburuk sejak Maret 2020 dan puncaknya terjadi pada bulan April 2020. Ia memprediksi kontraksi di industri manufaktur masih terjadi hingga bulan Mei 2020. "Puncaknya terjadi pada April dan kemungkinan sampai Mei 2020," terang Sri Mulyani.
Menurut Menkeu, Indonesia mengalami kontraksi impor 3 persen seiring dengan kontraksi di industri manufaktur.
Meski begitu, Ani panggilan karib Menkeu, tetap optimistis ekonomi kuartal I 2020 bisa tumbuh di atas 4%. Ia memproyeksi ekonomi domestik pada tiga bulan pertama tumbuh sekitar 4,5%-4,7%.
"Kami perkirakan masih bisa tumbuh antara 4,5 persen sampai 4,7 persen,” ujar Menkeu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
