kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LPEM UI: Kombinasi kebijakan fiskal dan moneter untuk tangkal perlambatan ekonomi


Kamis, 20 Februari 2020 / 21:18 WIB
LPEM UI: Kombinasi kebijakan fiskal dan moneter untuk tangkal perlambatan ekonomi
ILUSTRASI. Foto areal suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/11/2019). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 mencapai 5,3 persen. ANTARA FOTO/Galih Pradipta


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,75%, Kamis (20/2).

Gubernur BI Perry Warjiyo, pelonggaran kebijakan moneter serta makroprudensial yang ditempuh bank sentral saat ini sebagai langkah pre-empetive untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat terutama akibat merebaknya virus Covid-19 (Corona).

Kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga telah menjabarkan langkah-langkah kebijakan fiskal pemerintah untuk menstimulasi perekonomian. Kebijakan tersebut utamanya dari sisi belanja pemerintah yang menyasar langsung pada masyarakat agar geliat ekonomi tetap terjaga.

Baca Juga: BI: Dampak wabah corona ke perekonomian akan paling terasa di kuartal I-2020

Kepala Penelitian Makroekonomi dan Finansial LPEM UI Febrio Kacaribu menilai, kombinasi kebijakan pemerintah dan bank sentral memang diperlukan.

Pasalnya, wabah virus Corona berpotensi membawa dampak lanjutan pada perekonomian Indonesia setidaknya pada tiga jalur yaitu pasar keuangan, sektor riil, dan sektor pemerintah.

Di pasar keuangan, kekhawatiran investor global telah memicu arus modal keluar dari negara berkembang dalam jangka pendek.

Febrio mengatakan, pasar portofolio Indonesia telah mencatat arus modal keluar sebesar US$ 2,2 miliar, akibat "flight-to- safety” alias kondisi di mana investor mengalihkan portofolio mereka dengan menjual aset berisiko dan membeli investasi yang lebih aman seperti surat utang pemerintah AS.

"Investor cenderung untuk "wait and see" dalam berinvestasi dan sangat reaktif terhadap spekulasi mengenai peristiwa yang tidak terduga ini. Akibatnya, setelah rupiah menguat selama tahun lalu, arus modal keluar belakangan ini dapat berdampak pada stabilitas nilai tukar,” tutur Febrio.

Baca Juga: Catat, sektor-sektor ini bisa menjadi andalan di tengah ketidakpastian global

Di sinilah perlu peran BI untuk senantiasa mengintervensi pasar keuangan melalui beberapa suntikan dana di pasar obligasi, valas, dan DNDF untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar.

Di sektor riil, dampak lain virus Corona mempengaruhi penurunan aktivitas pariwisata & perdagangan serta berpotensi memperlambat pertumbuhan investasi riil.

Di antaranya, Febrio mencontohkan, produksi mesin China saat ini beroperasi di bawah kapasitasnya sehingga mengganggu jalur distribusi produksi mesin. Akibatnya, ada potensi penurunan produksi domestik Indonesia karena barang input yang diimpor menurun.




TERBARU

[X]
×