kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketidakpastian global dorong modal asing keluar dari Indonesia Rp 11,3 triliun


Jumat, 17 Mei 2019 / 14:45 WIB
Ketidakpastian global dorong modal asing keluar dari Indonesia Rp 11,3 triliun


Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia mencermati ketidakpastian pasar keuangan global yang menjadi sentimen negatif bagi pasar domestik.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang meningkat belakangan membuat ketidakpastian pasar keuangan di dunia semakin tinggi.

"Ini menimbulkan dampak peralihan modal yang semula masuk ke emerging markets, termasuk Indonesia, menjadi kembali ke negara-negara maju," ujar dia saat ditemui di Komplek BI, Jumat (17/5).

Dampak yang terasa di Indonesia, menurutnya, dapat dilihat dari berbagai indikasi. Pertama, terjadinya arus keluar modal asing alias outflow dari portofolio Indonesia.

Berdasarkan data setelmen 13 Mei hingga 16 Mei telah terjadi aliran modal asing keluar dari pasar surat berharga negara (SBN) dan pasar saham dengan total Rp 11,3 triliun.

"Umumnya ini adalah investor jangka pendek atau trader yang biasanya kita lihat juga masuk di awal tahun, tapi keluar di dua minggu terakhir ini karena merespon ketidakpastian pasar keuangan global," terangnya.

Lantas, dampak selanjutnya terlihat pada nilai tukar rupiah yang melemah. Sejak awal pekan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI mengalami pelemahan 0,75% menjadi di level Rp 14.469 per dollar AS pada siang ini.

Kendati demikian, Perry memastikan, BI selalu berada di pasar untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi rupiah. Caranya dengan melakukan intervensi ganda melalui pasar valas di spot maupun DNDF. "Demikian juga pembelian SBN dari pasar sekunder dengan tetap menjaga mekanisme pasar," ungkap Perry.

Adapun, Perry juga mencermati tingkat imbal hasil (yield) SUN tenor 10 tahun yang mulai mengalami kenaikan menyentuh titik 8,02%. Sementara, yield US Treasury tenor 10 tahun juga naik 3,9%.

Di sisi lain, Perry juga menegaskan akan selalu memastikan kondisi likuiditas perbankan di dalam negeri lebih dari cukup. Hal ini menurutnya ditunjukkan oleh rasio alat likuid per dana pihak ketiga (DPK) yang berada pada level 21,1%, terus meningkat sejak kuartal IV-2018.

"Tidak ada masalah likuiditas perbankan. Kami juga terus melakukan strategi operasi moneter untuk memastikan likuiditas," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×