kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemdag desak ekspor manufaktur ditingkatkan untuk dongkrak ekspor


Kamis, 28 Februari 2019 / 18:59 WIB
Kemdag desak ekspor manufaktur ditingkatkan untuk dongkrak ekspor


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) menilai Indonesia dapat meningkatkan potensi ekspor pada tahun ini, khususnya di sektor manufaktur. Pasalnya, selama ini, Indonesia masih mengandalkan ekspor komoditas semisal batubara dan minyak sawit, pada sekitar 81% perdagangan di dunia adalah barang manufaktur.

Seperti diketahui, tahun lalu, Indonesia berhasil meningkatkan ekspor sebesar 6,65% dari tahun 2017 menjadi US$ 180,06 miliar. Dari jumlah tersebut, ekspor non migas mencapai US$ 162,65 miliar atau meningkat 6,25% year on year dari tahun sebelumnya. Meski begitu, produk utama yang menyumbang ekspor non migas masih produk-produk komoditas seperti batubara dan minyak sawit.

Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan (Kemdag) Ari Satria mengatakan, Indonesia masih berpeluang meningkatkan ekspor khususnya produk manufaktur.

"81% barang yang diperdagangkan di dunia itu adalah barang manufaktur, dan hanya 19% itu bahan baku. Memang kita sudah bergerak ke negara Industri. Tetapi ekspor kita masih banyak berkutat di komoditas. Jadi kita hanya bermain di ceruk 20%," ujar Ari, Kamis (28/2).

Berdasarkan data Kemdag, total ekspor industri manufaktur Indonesia di 2018 sebesar US$ 81,05 miliar atau naik 9,52% dari tahun sebelumnya. Sementara, nilai impornya sebesar US$ 123,33 juta atau naik 20,45% dari tahun sebelumnya.

"Pada 2018 memang ada peningkatan ekspor 10%, tetapi impornya ternyata lebih besar 20%. Memang kita harus mengelaborasi apakah impor itu untuk barang modal atau bahan baku. Kalau untuk bahan baku tentunya baik, tetapi kalau hanya barang konsumsi itu kurang baik bagi kita," tutur Ari.

Negara Tujuan ekspor manufaktur ini pun masih berkutat di Amerika Serikat, China, Jepang, Singapura, dan Malaysia. Sementara negara asal impor industri manufaktur adalah China, Jepang, Singapura, Thailand, dan Korea.

Untuk meningkatkan ekspor produk manufaktur Indonesia, Ari berpendapat dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan swasta untuk membuat roadmap pengembangan industri manufaktur nasional.

"Kementerian Perindustrian memiliki program makin Indonesia 4.0, dimana untuk meningkatkan ekspor akan ada lima sektor utama yang difokuskan, yakni chemical, elektonik, otomotif, tekstil dan makanan minuman. Kalau itu menjadi target bersama, mari lakukan semacam roadmap-nya," ujar Ari.

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengakui sampai saat ini memang masih berupa komoditas. Karena itu dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor manufaktur.

Rosan berharap, untuk bisa meningkatkan ekspor secara keseluruhan, pemerintah diharapkan mempermudah pelaku usaha dari sisi regulasi, memperbaiki masalah tenaga, memperbaiki harmonisasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hingga memberikan insentif bagi perusahaan yang berorientasi ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×