kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kadin minta mesin diplomasi bantu penetrasi ke pasar non-tradisional


Minggu, 19 Mei 2019 / 13:24 WIB
Kadin minta mesin diplomasi bantu penetrasi ke pasar non-tradisional


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan ekonomi dunia menjadi tantangan terbesar bagi pengusaha di tahun ini. Apalagi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Kondisi tersebut menyebabkan harga komoditas tertekan dan pasar negara berkembang mulai goyah.

"Sayangnya kita tidak akan melihat ujungnya dalam waktu dekat," jelas Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/5).

Shinta menjelaskan dalam menghadapi tantangan tersebut, langkah pendek yang bisa diambil adalah melakukan penetrasi ke pasar non-tradisional dan pptensial seperti Afrika dan Timur Tengah. Apalagi Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk produk halal.

"Untuk itu mesin diplomasi di negara-negara ini harus jalan. Membantu pengusaha-penguaha yang ingin masuk ke pasar tersebut sekalian juga mengajak pengusaha yang tertarik untuk ke sana," jelas Shinta.

Sedangkan untuk jangka menengah, pemerintah perlu melakukan pemetaan untuk mengidentifikasi produk ekspor yang berisiko karena perang dagang atau pelemahan ekonomi global.

Pemetaan ini dilakukan untuk memilah produksi dalam negeri yang kompetitif dan pemetaan terhadap supply chain dari produk dalam negeri tersebut.

Dengan pemetaan supply chain tersebut harapannya pemerintah bisa mengidentifikasi bahan modal yang dibutuhkan dan paling efektif sehingga produksi dalam negeri bisa kompetitif di pasar nasional.

Dalam jangka panjang, Kadin melihat perlu ada perbaikan industri pengolahan agar tidak bergantung pada ekspor komoditas. Untuk itu pemerintah perlu mendorong sektor swasta membangun industri pengolahan dari hulu ke hilir.

Selain juga tetap melakukan pengembangan infrastruktur pendukung, kebijakan yang akomodatif dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×