kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -928,35   -100.00%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi enam industri Korea Selatan (Korsel) di Indonesia mencapai US$ 446 juta


Selasa, 11 September 2018 / 11:49 WIB
Investasi enam industri Korea Selatan (Korsel) di Indonesia mencapai US$ 446 juta
Kerjasama investasi saat forum bisnis Indonesia-Korsel


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah industri manufaktur Korea Selatan dari berbagai sektor, menyatakan minatnya untuk segera menanamkan modalnya di Indonesia.

Komitmen investasi ini merupakan hasil dari Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018 sekaligus peringatan hubungan diplomatik kedua negara yang telah terjalin baik selama 45 tahun.

Saat di Seoul, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan pertemuan ini mencerminkan antusiasme besar pengusaha Korea untuk lebih mendorong kolaborasi bisnis dengan Indonesia.

“Baik dalam bentuk perluasan usaha maupun investasi baru di beberapa sektor industri yang prospektif,” kata Airlangga dalam keterangan pers, Selasa (11/9).

Adapun enam perusahaan Negeri Ginseng yang telah komitmen untuk berinvestasi, yakni LS Cable & System yang bermitra dengan PT Artha Metal Sinergi untuk pengembangan sektor industri kabel listrik senilai US$ 50 juta di Karawang, Jawa Barat.

Kemudian, Parkland yang menggelontorkan dananya sebesar US$ 75 juta guna membangun industri alas kaki di Pati Jawa Tengah, dan Sae-A Trading menanamkan modalnya hingga US$ 36 juta untuk sektor tekstil dan garmen di Tegal, Jawa Tengah.

Selanjutnya, Taekwang Industrial akan membangun industri alas kaki senilai US$ 100 juta di Subang dan Bandung, Jawa Barat. Selain itu, World Power Tech dengan mitra lokalnya PT NW Industries yang berinvestasi sebesar US$ 85 juta untuk pengembangan industri manufaktur turbin dan boiler di Bekasi, Jawa Barat.

Serta InterVest dengan Kejora Ventures yang menamamkan modalnya US$ 100 juta untuk jasa pembiayaan startup (modal ventura) di DKI Jakarta. Jadi, total investasi mencapai US$ 446 juta.

Menperin meyakini, kerja sama yang terjalin itu dapat mendorong industri manufaktur nasional untuk lebih meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri sekaligus penambahan terhadap penyerapan tenaga kerja lokal. “Ini yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara inklusif, terutama melalui program hilirisasi,” tegasnya.

Langkah sinergi yang dibangun pelaku industri kedua negara juga diharapkan mendukung implementasi Making Indonesia 4.0. Salah satunya adalah membangun ekosistem inovasi dengan transfer teknologi yang berkelanjutan guna mendukung revolusi industri 4.0.

“Kami optimistis, hubungan antara kedua negara ini sangat menjanjikan di tahun-tahun mendatang dan itu akan menjadi dasar yang kuat untuk hubungan lebih lanjut antara kedua negara, terutama dalam membangun perekonomian,” papar Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×