kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah ujian yang harus dihadapi Indonesia berikutnya menurut epidemiolog


Rabu, 21 Oktober 2020 / 09:23 WIB
Inilah ujian yang harus dihadapi Indonesia berikutnya menurut epidemiolog
ILUSTRASI. Adanya libur panjang memunculkan kekhawatiran terjadinya penyebaran virus corona karena masyarakat memanfaatkannya untuk bepergian. Warta Kota/Alex Suban


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menko PMK Muhadjir Effendy, pada Senin (19/10/2020), mengatakan pemerintah memutuskan untuk tetap menjadikan 28 Oktober dan 30 Oktober 2020 sebagai cuti bersama Maulid Nabi Muhammad SAW. 

"Sesuai arahan Presiden, menetapkan cuti dan libur dalam kaitannya dengan peringatan Maulid Nabi tetap dilaksanakan, jadi tidak ada perubahan," kata Muhadjir. 

Dengan demikian, akan ada libur panjang selama lima hari, yaitu pada 28 Oktober hingga 1 November 2020. Adanya libur panjang memunculkan kekhawatiran terjadinya penyebaran virus corona karena masyarakat memanfaatkannya untuk bepergian. 

Menanggapi hal itu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan, libur panjang pada akhir Oktober bisa menjadi ujian berikutnya bagi Indonesia. Pasalnya, pandemi virus corona di Indonesia masih berlangsung dalam waktu yang relatif lama. 

Baca Juga: Vaksin yang dibeli pemerintah belum tentu aman, ini penjelasan epidemiolog

"Ingat pandemi masih relatif lama. Ini jadi ujian berikutnya untuk kita dalam libur panjang ini," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (20/10/2020). 

"Kalau ini berhasil, tentu akan membantu. Makanya harus belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya ketika orang cenderung tak terkendali pada saat itu," lanjut dia. 

Baca Juga: Pilkada saat pandemi, partisipasi pemilih berpotensi rendah

Bijak memanfaatkan libur panjang 

Menurut Dicky, pemerintah perlu menggencarkan imbauan kepada pengelola wisata agar benar-benar menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Misalnya, menyediakan tempat cuci tangan, kapasitas maksimal hanya 50%, dan menjaga agar tak terjadi kerumunan. Untuk itu, perlu dilakukan sistem pengawasan dan sanksi agar pengelola dan pengunjung tetap mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, ia meminta agar masyarakat lebih bijak dalam memanfaatkan libur panjang mendatang.  

"Imbauan kepada masyarakat agar tidak usah memaksakan untuk bepergian. Bila tidak perlu sekali, ya cukup di seputaran rumah," kata Dicky. "Karena dua aspek yang selalu dijaga dalam kondisi pandemi yang belum terkendali adalah mobilitas dan interaksi manusia," ujar dia. 




TERBARU

[X]
×