kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini masalah yang dihadapi Foodstation terkait label beras kemasan


Rabu, 03 Oktober 2018 / 12:51 WIB
Ini masalah yang dihadapi Foodstation terkait label beras kemasan
ILUSTRASI.


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku usaha beras mengaku menemui kendala dalam menjalankan aturan Kementerian Perdagangan yang mewajibkan pelaku usaha untuk mencantumkan label pada kemasan beras. Foodstation, salah satunya.

Sejak diberlakukan pada 25 Agustus 2018, Foodstation mengaku masih menemui kendala dalam membedakan varietasnya. "Foodstation merupakan salah satu pelaku usaha beras yang sudah menerapkan label kemasan. Cuma ada beberapa yang tidak bisa, misalnya varietas beras. Kami sama-sama akan memberikan masukan kepada Kementerian Perdagangan,” kata Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (3/10).

Masukan tersebut rencananya akan dibahas dalam waktu dekat ini. Hanya saja, Arief masih belum dapat memastikan apakah masukan ini akan diterima sehingga aturan direvisi ulang.

Menurut Arief, varietas beras masih belum dapat dicantumkan  karena mengklasifikasikan varietas beras, terutama beras putih, bukanlah perkara mudah.

“Kami akan memasukkan (saran) terkait hal ini. Kami belum bisa mencantumkan beras ini isinya IR 64 atau Beras Gogo. Karena kita tidak mengerti, tukang beras pun tidak ngerti. Apalagi orang lain, pedagang kecil,” katanya.

Arief mengakui, aturan ini sebenarnya diperlukan agar masyarakat yang membeli beras kemasan bisa mengetahui jenis beras yang dikonsumsi. Ia juga berharap ke depannya pemerintah bisa mensosialisasikan bibit yang seragam agar pengklasifikasian varietas bisa lebih mudah.

“Tapi kami semua sangat menghargai apa yang dituliskan Menteri Perdagangan, karena ini supaya orang juga tidak tertipu seperti membeli kucing dalam karung. Ke depan pemerintah dan pengusaha besar punya ribuan hektar, kalau bisa seragam bibitnya sama. Sekarang ini bibitnya beda-beda sehingga varietasnya beda,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×