kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia resesi, ekonom INDEF peringatkan efeknya terhadap masyarakat


Kamis, 05 November 2020 / 20:18 WIB
Indonesia resesi, ekonom INDEF peringatkan efeknya terhadap masyarakat
ILUSTRASI. Mata uang rupiah. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 masih mengalami kontraksi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi di periode Juli 2020 hingga September 2020 sebesar minus 3,49% yoy.

Menilik ke belakang, perekonomian Indonesia pada kuartal II-2020 tercatat sebesar minus 5,32% yoy. Perekonomian pada kuartal tersebut tertekan akibat pandemi Covid-19. Dengan demikian, merujuk ke definisi resesi yang berarti penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut, Indonesia telah resmi masuk ke jurang resesi.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira pun mewanti-wanti akan dampak resesi ini terhadap masyarakat Indonesia. Ia melihat, ada beberapa dampak langsung yang akan dirasakan oleh masyarakat. 

Pertama, turunnya pendapatan di kelompok masyarakat menengah dan bawah secara signifikan. Dengan menurunnya pendapatan, maka dikhawatirkan jumlah orang miskin akan semakin banyak. Kedua, penduduk kota bisa saja berkurang, tetapi sebaliknya, penduduk desa akan bertambah. 

Baca Juga: Pandemi corona masih membayangi, BPS: Jalan perbaikan ekonomi masih terjal

“Pasalnya, desa akan menjadi tempat migrasi pengangguran dari kawasan industri ke daerah-daerah karena gelombang PHK masal,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id. 

Ketiga, resesi juga akan berimbas pada mereka yang sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja baru akan makin sulit bersaing, karena jumlah lowongan pekerjaan menurun. Sementara, perusahaan kalaupun akan melakukan proses rekruitmen, akan memprioritaskan karyawan yang sudah berpengalaman. 

Keempat, ke depan konsumsi rumah tangga bisa saja tertahan. Pasalnya, masyarakat akan cenderung berhemat untuk membeli barang sekunder dan tersier, sehingga fokusnya hanya pada barang kebutuhan pokok dan kesehatan saja. Kelima, konflik sosial di masyarakat berpotensi untuk meningkat karnea ketimpangan yang semakin lebar. 

“Orang kaya bisa tetap survive, selain karena aset mereka masih cukup, juga karena digitalisasi. Sementar akelas menengah rentan miskin tidak semua dapat melakukan WFH, apalagi saat pendapatan juga menurun,” tandasnya. 

Selanjutnya: Ekonomi Indonesia masih tertekan di kuartal III, ini penjelasan BPS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×