kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,01   -19,50   -2.08%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia kalah saing dari Vietnam dan Malaysia di pasar ekspor Jerman


Kamis, 06 Agustus 2020 / 20:15 WIB
Indonesia kalah saing dari Vietnam dan Malaysia di pasar ekspor Jerman
ILUSTRASI. Dubes RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno saat membuka rumah hutan tropis di Kebun Binatang Berlin.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor Indonesia ke Jerman periode 2014 hingga 2018 tercatat menurun -2,2%. Hal yang sama juga terjadi pada market shared ekspor Indonesia ke Jerman di periode yang sama yaitu menurun -3,7%.

Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno menuturkan, dari 10 besar produk ekspor Indonesia ke Jerman, hanya ada dua produk yang masuk ke 10 besar pasar kebutuhan di Jerman, yaitu electrical machinery and parts thereof (mesin listrik dan komponennya) tumbuh rata-rata 4,42% pada 2014-2018, serta machinery and mechanical appliances (mesin dan peralatan mekanis) tumbuh 2,63% pada periode sama.

Adapun produk ekspor Indonesia ke Jerman tertinggi masih diduduki oleh alas kali dan sejenisnya dengan pertumbuhan 4,42% pada 2014-2018. Hanya saja sektor alas kaki di Jerman pasarnya masih ada di nomor 21.

Posisi negara yang mengekspor ke Jerman dari Asia Tenggara, peringkat pertama diduduki oleh Vietnam, kedua Malaysia, ketiga Singapura, kemudian keempat disusul Thailand, lalu posisi kelima baru Indonesia dan perigkat keenam ialah Filipina.

"Pertama Vietnam, Malaysia, Singapura, Thailand Indonesia dan Filipina nah fakta ini menunjukkan bahwa tahun ke tahun 2014 sampai 2018 pada saat kompetitor kita naik semua, kenapa kita ini turun secara drastis terus menerus jadi ini yang harus kita lihat dimana persoalannya," jelas Oegroseno saat Diskusi Virtual 'Strategi Peningkatan Ekspor Indonesia ke Jerman' yang digelar Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) pada Kamis (6/8).

Pertumbuhan ekspor paling tinggi dari ASEAN ke Jerman pada 2014-2018 adalah Vietnam yaitu 9,5%, Malaysia 6,6%, Singapura 3,8%, Thailand 4,1%, dan Filipina 4,4%. Disayangkan Oegroseno, Indonesia justru mengalami penurunan yaitu minus 2,2%.

Lebih lanjut Ia menyebut bahwa hal tersebut lantaran Indonesia tidak fokus pada kebutuhan pasar di Jerman, maka ekspor Indonesia ke Jerman jauh tertinggal dari negara kompetitor.

Dibanding Indonesia, negara kompetitor lainnya lebih banyak fokus ke sektor yang masuk 10besar pasar produk kebutuhan di Jerman. Misalnya saja, Vietnam memiliki tiga sektor , Malaysia enam sektor, Singapura enam sektor, Thailand enam sektor dan Filipina tiga sektor.

"Ada argumentasi yang sering saya dengar bahwa pasar Eropa itu jenuh cari aja pasar baru. Padahal ngga jenuh, kita males aja ngga fokus cari apa masalahnya. Buktinya Vietnam naik 9,5% itu artinya ngga jenuh pasarnya, ada pasarnya dan kita aja kurang tajam dalam melakukan prioritas mana yang akan kita akses," ungkapnya.

Perihal membaca pasar dan fokus sektor pada ekspor ke Jerman, Oegroseno memberi contoh negara Filipina yang disebutnya mulai mendekati posisi Indonesia untuk peringkat ekspor ke Jerman. Filipina disebutnya melakukan ekspor mesin fax ke Jerman yang mana penggunaan mesin fax masih tinggi di Jerman.

"Di Jerman itu ada budaya yang berbeda, tukar menukar nomor telepon WhatsApp itu tidak lazim, semua pakai fax phone di kartu nama mereka, jadi fax phone masih penting di Jerman," tuturnya.

Indonesia dinilai hanya fokus pada ekSpor produk pertanian dan tekstil dan alas kaki, yang notabennya merupakan kebutuhan kecil di pasar Jerman. Terlebih lagi semua negara di ASEAN memasok kebutuhan optical measuring/medical instruments, kecuali Indonesia.

Untuk itu, dia menyarankan agar Indonesia mampu tambah lima sektor dengan pasar terbesar di Jerman. Dengan demikian maka terdapat tujuh sektor fokus ekspor yang masuk ke dalam daftar pasar kebutuhan di Jerman.

Tujuh sektor terdebut ialah, mesin dan peralatan mekanik (machinery and mechanical appliances), mesin listrik dan bagiannya (electrical machinery and parts thereof), kendaraan dan suku cadangnya (vehicles excluding railway/tramway and parts), produk farmasi (pharmaceutical products), bahan kimia organik (organic chemicals), alat optik /medis (optical/measuring/medical instruments), serta besi dan baja (iron and steel).

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin Jerman, disebut Oegroseno dalam kontribusi pelaksanaan strategi peningkatan ekspor Indonesia ke Jerman ialah, Pertama, ekspansi dan promosi perdagangan seperti turut serta dalam pameran internasional, melakukan match making dan roadshow.

Kedua, untuk aspek peningkatan kapasitas SDM, KBRI Berlin disebutnya mengusulkan pembentukan Indonesia-German Vocational Institute.

Ketiga, perlu adanya identifikasi hidden champions dan pengembangan infrastruktur untuk meningkatkan ekspor produk Indonesia ke Jerman.

"Tahun 1991 Mahathir ke Jerman dan terkesan dengan vokasi di Jerman, lalu 1992 dibuat German-Malaysia Vocational Training center dan jadi sekolah vokasi paling besar di Malaysia sekarang. Saya ada ide kalau Indonesia buat yang sama Indonesia-German Vocational Training Center disana ada sekolah khusus Indonesia-Jerman dibidang vokasi," jelas Oegroseno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×