kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IABIE tawarkan gagasan kepemimpinan otentik


Senin, 04 September 2017 / 22:11 WIB
IABIE tawarkan gagasan kepemimpinan otentik


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Tidak lama lagi, masyarakat Indonesia bakal menyambut pesta demokrasi. Namun persoalan kebangsaan semakin hari, semakin kompleks. Tak menutup kemungkinan, proses pendidikan politik rakyat yang menyertai proses demokrasi juga ikut kehilangan nilainya.

Adapun, Pengurus Pusat Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) menawarakan gagasan kepemimpinan otentik untuk menjawab persoalan itu.

Menurut IABIE, konsep kepemimpinan otentik mengandaikan kepemimpinan yang mampu mewujudkan berdikari bangkitnya negeri yang sebenarnya. Dalam konteks keindonesiaan, pemimpin yang otentik harus bisa reinventing nilai-nilai kebangsaan yang diadaptasi dengan kemajuan teknologi.

Dalam rilis yang diterima KONTAN, Rabu (30/8) lalu, IABIE menyampaikan, realitasnya, spektrum perekonomian di negeri saat ini bisa dianalogikan sebagai fenomena singa makan rumput. Dalam hal tersebut, singa merupakan gambaran dari perusahaan global/multinasional yang tengah beraksi di negeri ini untuk meraup belanja negara dan belanja masyarakat hingga skala yang terkecil.

IABIE kemudian mengambil contoh kepemimpinan politik Ilham Habibie, putra sulung dari Presiden RI ketiga BJ Habibie. Sepulangnya dari Jerman, tidak ada langkah yang lebih penting bagi dirinya selain menyiasati kekuatan globalisasi lewat transformasi teknologi dan industri bagi bangsanya.

Bagi Ilham Habibie, jiwa berdikari bisa diwujudkan dengan cepat apabila ada ekosistem yang baik untuk merekayasa budaya dan transformasi teknologi yang kompatibel dengan portofolio kompetensi.

Transformasi itu menurut konsultan internasional AT Kearney yang pernah membantu Ilham Habibie dalam mengimplementasikan strategi transformasi teknologi dan industri, disebut sebagai Competency to Achieve Global Competitive Excellence.

Pada prinsipnya, strategi tersebut ingin mengkonsolidasikan dan mengoptimalkan kapasitas terpasang SDM terbarukan di Tanah Air sehingga bisa terserap dalam proses nilai tambah secara ideal.

Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa portofolio SDM terbarukan, khusususnya yang menggeluti iptek di era ini mengalami proses involusi yang sangat serius. Banyak lulusan perguruan tinggi teknik di Tanah Air kesulitan mencari pekerjaan yang layak karena kebijakan impor telah menjadi panglima.

Sebagai gambaran, pengalaman dan keahlian Ilham Habibie dalam hal Sistem Digital Terintegrasi Nusantara (Sidina) untuk proses Re-Engineering berbasis Advanced CAD/CAM/CAE Technology dalam rancang bangun Pesawat Jet N-2130 sangat berharga.

Sistem itu dapat menunjukkan bahwa industri di Indonesia pada prinsipnya mampu melakukan dramatical improvement proses rancang/bangun dalam menghasilkan produk unggulan bernilai tambah tinggi.

Apa yang tergambar dalam jagat mikro industri pesawat terbang yang selama ini digeluti Ilham Habibie sangat berguna dan masih relevan. Hal tersebut juga memberikan hikmah serta pencerahan kepada negeri ini bahwa sangat memungkinkan masyarakat Indonesia melakukan dramatical improvement dalam lingkup nasional untuk mengejar ketertinggalan.

Akhirnya, jika rekayasa budaya bisa sinergi dengan transformasi teknologi yang berdaya saing, kebangkitan negeri ini akan terwujud dalam waktu yang lebih singkat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×