kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Bank Mandiri masih lihat ada ruang penurunan suku bunga acuan


Kamis, 17 September 2020 / 21:00 WIB
Ekonom Bank Mandiri masih lihat ada ruang penurunan suku bunga acuan
ILUSTRASI. A man walks past Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, September 2, 2020. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 4,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan September 2020 ini.

Bank Mandiri memandang, ke depannya masih ada ruang bagi bank sentral untuk kembali memangkas suku bunga acuan lagi, bahkan hingga 25 basis poin (bps) pada kuartal IV-2020.

“Dengan melihat perkembangan Covid-19 terkini, BI memiliki ruang pelonggaran moneter untuk mendorong pertumbuhan,” tutur Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman, Kamis (17/9).

Baca Juga: Ekonom Bank Permata sebut penurunan suku bunga BI tidak efektif

Selain itu, ruang untuk penurunan suku bunga acuan juga datang dari beberapa hal yang datang baik dari faktor eksternal maupun faktor domestik.

Dari faktor eksternal, datang dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level terendah, yakni 0% - 0,25%.

Bahkan, The Fed mengisyaratkan kalau akan mempertahankan suku bunga tersebut setidaknya hingga 2023 mendatang.

Dari faktor domestik, Faisal melihat kalau kebijakan moneter dibutuhkan untuk mendukung kebijakan program pemulihan ekonomi nasional (PEN), mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih lesu saat ini.

Selain itu, faktor lain juga mendukung seperti tingkat inflasi yang rendah dan bahkan berada di bawah target sasaran BI yang sebesar 2% - 4%, juga perkiraan akan menyempitnya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

“Kami memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 1,95% pada akhir tahun ini. Sementara CAD akan menyempit menjadi 1,49% dari PDB karena membaiknya surplus perdagangan,” tambah Faisal.

Sayangnya, surplus perdagangan yang kini menjadi tren selama beberapa bulan terakhir bukan disebabkan oleh perbaikan ekspor, tetapi lebih kepada impor yang turun lebih dalam dari ekspor akibat terhentinya kegiatan investasi dan produksi.

Baca Juga: Ini dia langkah-langkah BI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Ini tentu saja bisa mempengaruhi kinerja Balance of Payment (BoP) di tengah ketidakpastian yang masih membayangi sehingga memberi risiko lebih tinggi untuk kaburnya arus modal asing yang mampu menurunkan nilai tukar rupiah.

Lebih lanjut, dengan demikian Faisal memprediksi kalau suku bunga acuan hingga akhir tahun 2020 ini bisa berada di 3,75%. Ini tentu lebih rendah daripada tingkat suku bunga acuan di akhir 2019 yang sebesar 5,00%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×