kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit neraca perdagangan semakin melebar, ini kata Ekonom Maybank


Selasa, 15 Januari 2019 / 18:04 WIB
Defisit neraca perdagangan semakin melebar, ini kata Ekonom Maybank


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, defisit neraca dagang sepanjang 2018 sebesar US$ 8,57 miliar. Angka ini merupakan defisit terbesar semenjak 1945.

Besarnya defisit neraca dagang ini disebabkan oleh defisit migas sebesar US$ 12,4 miliar yang didorong oleh defisit minyak mentah dan hasil minyak, masing-masing sebesar US$ 4,04 miliar dan US$ 15,95 miliar. Sementara, sektor non-migas mengalami surplus US$ 3,84 miliar.

Tahun lalu, BPS mencatat nilai impor sepanjang 2018 sebesar US$ 188,6 miliar atau tumbuh sekitar 20,15% dibandingkan nilai impor tahun 2017 yang sebesar US$ 156,98 miliar.

Sedangkan, nilai ekspor sepanjang 2018 tercatat sebesar US$ 180,05 miliar atau tumbuh 6,65% dari 2017 yang sebesar US$ 168,82 miliar.

Ekonom Maybank Myrdal Gunarto menilai besarnya neraca dagang di tahun ini merupakan konsekuensi dari langkah Indonesia yang bergantung pada aktivitas domestik ketika kondisi ekonomi global tengah stagnan.

Melihat kondisi perekonomian global yang stagnan itu, akhirnya aktivitas perekonomian domestik terus didorong terutama melalui aktivitas konsumsi maupun pembangunan infrastruktur.

"Dengan kondisi tersebut, kita melihat pemerintah menjaga daya beli masyarakat domestik dengan berbagai langkah seperti menjaga suplai pangan serta BBM supaya harganya tetap stabil," tutur Myrdal kepada Kontan.co.id, Selasa (15/1).

Tak hanya itu, Myrdal pun mengatakan impor yang melonjak di tahun lalu disebabkan adanya pembangunan infrastruktur yang memerlukan bahan baku dan peralatan modal.

Kuatnya ekonomi domestik yang lebih kuat tersebut pun mengompensasi kontribusi ekspor yang menurun. "Karena itu pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tumbuh di level 5%, meski negara lain mengalami pelemahan," tambah Myrdal.

Untuk menekan impor, pemerintah sudah melakukan berbagai kebijakan, seperti perluasan B20, pengenaan PPh untuk 1.147 barang impor, serta penundaan berbagai proyek infrastruktur. Menurut Myrdal berbagai upaya tersebut tinggal menunggu keefektifannya.

Sementara, untuk ekspor, Myrdal menyarankan supaya nilai tambah ekspor terus didorong dengan mengurangi ketergantungan pada hasil alam atau mengolah sumber daya alam menjadi barang yang memiliki nilai lebih.

Tak hanya itu, penerapan kawasan ekonomi khusus juga harus ditingkatkan dengan cara mendorong daya tarik investor untuk melakukan foreign direct investment (FDI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×