kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Darmin: Urusan yang bukan fundamental tidak perlu dirisaukan


Rabu, 05 September 2018 / 21:08 WIB
Darmin: Urusan yang bukan fundamental tidak perlu dirisaukan
Kebijakan Pengendalian Defisit Neraca Transaksi Berjalan


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, dalam keadaan perfect storm seperti ini, tidak perlu merisaukan aspek-aspek yang tidak menyangkut fundamental.

Meskipun saat ini nilai tukar rupiah sudah di luar nilai fundamentalnya. Hal ini termasuk indikator persepsi risiko investasi atau Credit Default Swap (CDS) yang melonjak tinggi.

Mengutip Bloomberg, Rabu (5/9) CDS tenor 10 tahun tercatat 224,990. Sementara, CDS tenor 5 tahun tercatat 148,480.

“Sudah deh, yang begitu-begitu itu jangan terlalu. itu sentimen pasar tinggi, bukan fundamental itu," ujar Darmin di Gedung DPR RI, Rabu (5/9).

Adapun menurut Darmin, rupiah di pasar Non-Deliverable Forward (NDF), juga urusan sentimen sehingga tak perlu dianggap pusing.

"Kami perhatikan, tapi tidak menganggap itu sebagai real. Kami lebih mengikuti angka-angka yang normal, yang transaksi dasarnya. Karena itu (NDF) bukan transaksi," ujar dia.

Ia mengatakan, di saat seperti ini memang nilai tukar rupiah rawan ditunggangi spekulan. Misalnya spekulan yang berada di NDF. Namun, menurut Darmin, ini bukan hal yang perlu difokuskan karena tak mencerminkan fundamental ekonomi sebuah negara.

"NDF itu, para Gubernur bank sentral di dunia saja bingung. Enggak cuma kita yang kesal. Di sana, orang bisa bikin yang namanya angka berapa dan didorong-dorong," ucap Darmin.

Mengutip Reuters, Rabu (5/9) pukul 6.51 sore, nilai tukar rupiah berada di Rp 14.950 per dollar AS.

“Betul bahwa rupiah ini tergantung juga dengan sentimen pasar, tetapi hitungan fundamentalnya harusnya tidak selemah ini,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung DPR RI, kemarin.

Ia melanjutkan, pelemahan nilai tukar rupiah banyak dipengaruhi oleh sentimen negatif baik di luar negeri maupun dalam negeri.

Dari luar negeri, misalnya kenaikan Fed Fund Rate, tekanan dari Argentina dan Turki, dan isu perang dagang. Sementara, dari domestik adalah pembelian valas oleh korporasi untuk impor yang masih besar.

Untuk sentimen yang datangnya dari dalam negeri sendiri, Perry mengimbau agar pelaku ekonomi dalam negeri tidak perlu ‘menubruk’ dollar AS.

“Kami sampaikan ke importir dan korporasi yang butuhkan valas tidak perlu menubruk-nubruk. Kami sudah sediakan swap. Swap Jumat lalu, targetnya US$ 400 juta dan realisasinya US$ 850 juta. Kami juga di BI komitmen stabilkan rupiah dan meningkatkan intensitas intervensi kami,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×