kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Danareksa memprediksi neraca dagang Desember 2019 defisit US$ 0,58 miliar


Selasa, 14 Januari 2020 / 18:19 WIB
Danareksa memprediksi neraca dagang Desember 2019 defisit US$ 0,58 miliar
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat di Terminal Petikemas Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (3/1). Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor melonjak hingga dua digit pada 2020 mendatang. Nilai ekspor pada triwulan III 2019 hanya sebesar 0,02%. Pertumbuhan tersebut


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Danareksa Research Institute (DRI) memprediksi akan terjadi defisit neraca dagang pada Desember 2019. Menurut DRI, defisit akan sebesar US$ 0,58 miliar atau US$ 583,8 juta. Defisit ini disebabkan oleh impor yang lebih tinggi daripada ekspor.

"Ekspansi ekonomi yang masih lambat dan faktor musiman membuat permintaan melemah sehingga ekspor pun lebih rendah. meski harga komoditas banyak yang meningkat," ujar Head of Economic Research DRI Moekti P. Soejachmoen dalam keterangan resmi DRI terkait neraca dagang, Selasa (14/1).

Secara terperinci, DRI memprediksi ekspor pada Desember 2019 akan sebesar US$ 13,5 miliar dan impor akan sebesar US$ 14,1 miliar.

Beberapa hal yang mempengaruhi kondisi tersebut antara lain perkembangan ekonomi mitra-mitra dagang utama Indonesia yang masih melambat. Ini terlihat dari rata-rata indikator ekonomi atau Leading Economic Indicator (LEI) yang terkontraksi 0,6% mom pada bulan Oktober 2019.

Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh LEI masing-masing negara mitra dagang Indonesia seperti China yang mengalami kontraksi sebesar 2,3% mom dan Jepang yang juga terkontraksi sebesar 0,3% mom. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) masih mengalami peningkatan LEI sebesar 2,1% mom.

Sementara bila dilihat dari kondisi manufaktur negara-negara mitra dagang Indonesia, beberapa negara terlihat mengalami kontraksi. Hal ini ditunjukkan oleh Prompt Manufacturing Index (PMI) yang berada di bawah 50. Meski begitu, China terlihat masih tumbuh ekspansif.

Melemahnya kondisi manufaktur negara-negara tersebut disebabkan oleh masih adanya ketidakpastian dalam perdagangan global sebagai imbas dari perang dagang. Hal ini pun akhirnya menahan permintaan baru sehingga akhirnya penjualan dan produksi menurun.

Hanya saja, ada kondisi yang masih mendorong kinerja ekspor Indonesia, yaitu adanya peningkatan rata-rata harga komoditas andalan Indonesia.

Menurut DRI, rata-rata harga komoditas berpotensi naik 7,8% mom pada bulan Desember, dengan pada bulan November meningkat sebesar 3,6% mom.

"Dengan adanya peningkatan harga komoditas bisa mendorong kinerja ekspor Indonesia. Hanya saja, secara bulanan kinerja ekspor cukup berkurang karena berkurangnya waktu kerja akibat musim liburan Natal dan Tahun Baru," jelas DRI.

Sementara secara keseluruhan, DRI memprediksi ekspor sepanjang tahun 2019 akan tercatat sebesar US$ 166,6 miliar, sementara impor tercatat sebesar US$ 170,3 miliar. Hal ini pun menyebabkan neraca dagang sepanjang tahun 2019 akan defisit sebesar US$ 3,69 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×