kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Chatib Basri: Ekonomi tak langsung pulih meski vaksin corona ditemukan, ini sebabnya


Selasa, 13 Oktober 2020 / 22:27 WIB
Chatib Basri: Ekonomi tak langsung pulih meski vaksin corona ditemukan, ini sebabnya
ILUSTRASI. ANALISIS - Chatib Basri, Mantan Menteri Keuangan menngingatkan: ekonomi tak bisa langsung pulik meski vaksin sudah ditemukan. Ini alasannya.


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Seluruh dunia terus berharap kandidat vaksin corona atau Covid-19 yang masih dalam taraf mampu menunjukkan perkembangan berarti.

Kemunculan vaksin corona atau Covid-19 akan menjadi titik krusial untuk mengobati kecemasan warga dunia sekaligus menjadi kunci pemulihan ekonomi. Tak terkecuali bagi Indonesia.

Meski begitu, Menteri Keuangan 2013-2014 Chatib Basri mengingatkan bahwa keberadaan vaksin corona atau Covid-19 tidak akan serta merta memulihkan ekonomi Indonesia.

Jika sudah ditemukan, vaksin corona atau covid-19  membutuhkan waktu pendistribusian kepada seluruh masyarakat.

Baca Juga: Chatib Basri minta pemerintah fokus perkuat daya beli melalui BLT dan tak takut utang

"Distribusi vaksin butuh resources (sumber daya). Kalau toh kita mampu, masih dibutuhkan waktu setahun penuh untuk bisa vaksinnya dibagikan," ujarnya dalam Bincang APBN 2021, Selasa (13/10)

Hitungan Chatib, dengan perhitungan konservatif berdasarkan pernyataan pemerintah mendatangkan vaksin corona sebanyak 25 juta dosis.

 Jika jumlah tersebut dibagi dalam satu tahun atau 365 hari, maka paling tidak sekitar 68 ribu vaksin covid-19 harus didistribusikan dalam sehari.

Chatib mengingatkan, dengan jumlah yang harus disuntik mencapai 68 ribu orang per hari, pemerintah membutuhkan resources (sumber daya) untuk menyuntik. “Ini dengan asumsi tidak ada Lebaran, tidak ada Natal, sepanjang 1 tahun," katanya.

Oleh sebab itu, selama vaksin covid-19 belum didistribusikan secara merata, ia menilai masyarakat tetap harus ketat menjalankan protokol kesehatan pencegahan corona atau covid-19.

Menurutnya: aktivitas ekonomi belum akan berjalan 100 persen selama distribusi vaksin covid-19 belum menyeluruh karena masih ada penerapan protokol kesehatan.

Dengan tantangan itu pula, kata Chatib,  pemerintah tetap harus mengeluarkan kebijakan fiskal ekspansif. Yakni dengan tetap mengucurkan dana perlindungan sosial, kesehatan, dan bantuan kepada bisnis UMKM untuk bertahan.

Baca Juga: Langkah yang ditempuh pemerintah tekan defisit menjadi 3% pada 2023

“Distribusi vaksin butuh waktu panjang. Tak mudah dan butuh sumber daya besar,” ujar dia.

Dengan kondisi itu, kata Chatib, investasi seperti private investment (investasi swasta) belumakan masuk ke Indonesia alias kick in (masuk). “Karena itu lah dibutuhkan  APBN ekspansi, fiskal harus ekspansif dalam kondisi ketidakpastian tinggi," tuturnya.

Merujuk anggaran, pemerintah mengalokasikan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) tahun depan sebesar Rp 356,5 triliun. Angkanya turun 48 persen dari 2020 yang mencapai Rp695,2 triliun.

Perinciannya: untuk sektor kesehatan sebesar Rp 25,4 triliun, perlindungan sosial Rp110,2 triliun, sektoral kementerian/lembaga dan pemerintah daerah (pemda) Rp136,7 triliun.

Adapun anggaran untuk UMKM sebesar Rp 48,8 triliun, pembiayaan korporasi Rp14,9 triliun, dan insentif usaha sekitar Rp 20,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×