kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cerita Boediono: IMF yang sarankan tutup 16 bank pada krisis 1998


Kamis, 29 November 2018 / 05:47 WIB
Cerita Boediono: IMF yang sarankan tutup 16 bank pada krisis 1998


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat menghadapi krisis moneter 1997-1998 lalu, Indonesia meminta pertolongan Dana Moneter Internasional ( IMF) tidak hanya berupa nasihat-nasihat kebijakan, namun juga suntikan dana.

Mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono mengungkapkan, kala itu IMF salah memberi resep untuk kembali meningkatkan likuiditas keuangan Indonesia yang mengering tiba-tiba. IMF menyarankan Indonesia untuk menutup 16 bank yang menguasai 3% hingga 4% aset perbankan nasional.

Namun penutupan 16 bank tersebut dilakukan tanpa ada payung pengaman sehingga menimbulkan dampak psikologis ke masyarakat. Kala itu sebut Boediono, belum dikenal sistem blanket guarantee atau kebijakan penjaminan 100% dana nasabah di perbankan.

"Pada waktu itu resep ronde pertama salah. Untuk 16 bank yang menguasai 3 sampai 4% dari aset bank tanpa ada payung pengamannya," ujar Wakil Presiden RI ke-11 tersebut di Jakarta, Rabu (28/11).

Hal tersebut membuat masyarakat berbondong-bondong menarik dananya dari bank lantaran khawatir bank tempat mereka menyimpan dana juga akan ditutup. Sehingga banyak dari mereka yang memindahkan dananya di bank-bank BUMN atau bahkan ke Singapura karena dianggap lebih aman.

"IMF tidak memikirkan dampaknya akan begitu," ucap dia.

Baru setelah kejadian tersebut, mulailah diberlakukan kebijakan blanket guarantee. "Yaitu setelah 3 bulan ekonomi Indonesia dirundung bank kelabakan kurang dana, sistem pembayaran kita enggak diterima di luar," kata Boediono.

Dampak kebijakan blanket guarantee tersebut baru mulai efektif pada bulan Maret. Puluhan bank pun kembali ditutup karena rasio kecukupan modal (CAR) minus hingga puluhan persen. Namun, tidak ada lagi dampak berantai lantaran tidak ada lagi penarikan dana nasabah secara besar-besaran.

Boediono juga menjelaskan, sebelumnya Indonesia sempat menghadapi krisis di tahun 1960 dan 1980. Namun, berbeda dengan era 1998 di mana krisis disebabkan pembalikan dana asing ke luar negeri. Sedangkan untuk 1960 dan 1980 terjadi akibat anjloknya harga minyak yang membuat APBN terbebani. (Mutia Fauzia)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Boediono soal Kesalahan Resep IMF Menangani Krisis 1998"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×