kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI paparkan faktor yang akan mempengaruhi tantangan likuiditas


Senin, 06 Mei 2019 / 22:06 WIB
BI paparkan faktor yang akan mempengaruhi tantangan likuiditas


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki Ramadan, Bank Indonesia (BI) kian fokus mengelola ketersediaan likuiditas bagi perbankan. Tanpa melakukan perubahan arah (stance) kebijakan moneter, BI pun memperkuat strategi operasi moneter untuk menjaga likuiditas sekaligus mendukung pendalaman pasar.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, tantangan pengelolaan likuiditas semakin besar di tahun ini sejalan dengan berbagai faktor struktural maupun siklikal yang mempengaruhinya.

Menurutnya, setidaknya ada tiga faktor yang akan sangat berpengaruh terhadap kondisi likuiditas ke depan.

Pertama, "kondisi global yang semakin dinamis akan mempengaruhi arus lalu lintas modal," ujar Nanang, Senin (26/5).

Lalu lintas modal, lanjutnya, merupakan faktor autonomous yang berada di liar kendali bank sentral lantaran sangat dipengaruhi oleh dinamika pasar keuangan global yang masih terus terjadi, bahkan sampai saat ini.

Kedua, adanya potensi peningkatan kebutuhan uang kartal yang sangat dipengaruhi kondisi musiman (seasonal factor) seperti Ramadan dan akhir tahun yang selalu berulang.

Ketiga, faktor perubahan pola transaksi keuangan pemerintah, seperti pola belanja, penerimaan pajak, maupun pembiayaan, akan mempengaruhi likuiditas perbankan.

Terakhir, faktor yang mempengaruhi likuiditas adalah struktur mikro dan perilaku perbankan. "Kalau ketiga faktor tadi menentukan likuiditas secara agregat, faktor perilaku perbankan menentukan distribusi dari likuiditas yang ada," ucapnya.

Nanang menilai, kapasitas pasar uang masih terbatas dan sangat tersegmentasi. Aktivitas pasar uang masih didominasi oleh transaksi pasar antar bank dengan volume rata-rata harian mencapai Rp 19,4 triliun per akhir April.

Sementara, volume rata-rata harian repo antarbank hanya sebesar Rp 1,2 triliun. "Rata-rata volume PUAB terhadap DPK (yoy) sejak tahun 2012 relatif rendah, berada pada kisaran 0,30% sampai dengan 0,40%," pungkas Nanang.

Selain itu, perilaku bank dalam memanfaatkan fleksibilitas giro wajib minimum (GWM) juga penting. Seperti yang diketahui, BI telah menurunkan batas pencadangan berdenominasi rupiah yang harus disetor secara harian dan bersifat tetap (fix) dari semula 5,0% menjadi 4,5%.

Sementara, batas pencadangan yang harus disetor setiap dua minggu dan bersifat fleksibel (averaging) naik dari 1,5% menjadi 2,0%.

"Ini menjadi keleluasaan bagi bank untuk memanfaatkan excess reserves hariannya dan seharusnya distribusi tecermin dari pasar uang antar bank. Sekarang ini, rata-rata PUAB Rp 20 triliun per hari, lumayan naik meski lebih banyak yang tanpa agunan," tandas Nanang.

Untuk itu, BI berupaya mengatasi faktor-faktor risiko likuiditas ini dengan memperkuat strategi operasi moneternya.

Di antaranya, mengubah paradigma one-way monetary operation yang sifatnya kontraksi, menjadi paradigma two-ways monetary operation yang merupakan kombinasi kontraksi dan ekspansi secara seimbang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×