Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa meski masih akan melemah, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih akan terjaga.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Aida S Budiman mengatakan, rupiah telah kembali tertekan di awal September. Hal ini disebabkan oleh perekonomian AS yang lebih kuat, siklus normalisasi suku bunga acuan Federal Reserve dan perang dagang yang masih panas.
“Tapi pelemahan ini masih akan terjaga dengan volatilitas yang masih cukup baik, dalam tingkat depresiasi yang rendah,” kata Aida di Gedung DPR RI, Selasa (18/9).
Di pasar spot, rupiah sempat menyentuh Rp 14.934 per dollar AS tadi pagi sebelum mempersempit penurunan ke Rp 14.917 per dollar AS.
Presiden AS Donald Trump baru saja mengumumkan untuk memberlakukan tarif impor baru terhadap 6.000 produk China. Tarif yang dimaksud, yaitu sebesar 10% yang berlaku 24 September mendatang dan meningkat menjadi 25% di awal tahun depan.
Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini pun akan untuk memutuskan kebijakan moneter bank sentral AS. Dua hal ini tentu bakal berdampak terhadap pasar keuangan dalam negeri.
Oleh karena itu, Aida menegaskan, BI akan intervensi secara terukur. Depresiasi nilai tukar rupiah mencapai 8% sejak awal tahun. “Tingkat depresiasi Indonesia masih lebih rendah dari India yang 11%, ucapnya.
Menurut data Bloomberg, rupiah mencatat kinerja terburuk kedua setelah rupee. Posisi ketiga adalah peso Filipina yang melemah 7,82%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
