kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AMRO pertahankan proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 5,1% di 2019-2020, ini alasannya


Selasa, 18 Juni 2019 / 18:51 WIB
AMRO pertahankan proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 5,1% di 2019-2020, ini alasannya


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi perang dagang yang masih tinggi menyulut risiko perekonomian bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), China, Jepang, dan Korea. Pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut diproyeksi melambat seiring dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi global.

Kendati begitu, lembaga riset ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada level 5,1%, baik untuk tahun ini maupun tahun 2020.

“Alasannya, Indonesia tidak termasuk negara yang terkena dampak langsung perang dagang,” kata Kepala Ekonom AMRO Khor Hoe Ee dalam acara Media Briefing AMRO, Selasa (18/6).

Minimnya dampak langsung perang dagang terhadap perekonomian Indonesia lantaran saat ini Indonesia tidak terlibat dalam rantai pasok global industri manufaktur. 

Oleh karena itu, AMRO tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan Indonesia kendati memangkas proyeksi pertumbuhan kawasan ASEAN+3 menjadi hanya 4,9% tahun ini dan tahun depan.

Namun, AMRO menilai, Indonesia juga belum mampu memanfaatkan perang dagang saat ini seperti negara-negara tetangga lain. Padahal, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Kamboja sudah berlomba-lomba menawarkan diri sebagai tempat relokasi investasi industri manufaktur dari China.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto sependapat. Di tengah momentum perang dagang, Indonesia mestinya mampu mempercantik iklim investasi sehingga berdaya saing dengan negara tetangga.

Perang dagang, menurutnya, tak berarti merugikan di segala sisi. Justru, Indonesia sebenarnya bisa menangkap peluang investasi serupa.

“Caranya pemerintah fokus mempermudah dan mempermurah investasi di dalam negeri. Mempermudah misalnya, terkait birokrasi perizinan dan prosedur investasi, regulasi, dan semacamnya yang sebenarnya berada dalam kendali pemerintah,” tutur Eko. 
Sementara untuk mempermurah biaya investasi, salah satunya melalui kebijakan suku bunga acuan.

Di samping memanfaatkan peluang perang dagang, AMRO juga memperingatkan Indonesia untuk mencari sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. 
Salah satunya sektor pariwisata yang saat ini tumbuh pesat dan menjadi primadona di kawasan ASEAN+3.

“Dengan besarnya potensi pariwisata di Indonesia, porsi sektor pariwisata terhadap PDB hanya sekitar 6%. Ini jauh sekali dengan Thailand yang porsi terhadap PDB-nya sudah sampai 16%,” pungkas Khor.

Sebagai negara berkembang, Indonesia memang terus menghadapi tiga tantangan besar yaitu kesenjangan pendanaan akibat rendahnya tabungan domestik, kesenjangan devisa, dan kesenjangan non keuangan yang mencakup pengembangan sumber daya manusia, keahlian, kapasitas teknologi, dan tata kelola yang baik.

“Untuk memperkuat pariwisata dibutuhkan pembangunan infrastruktur dan fasilitas memadai. Untuk itu dibutuhkan pembiayaan. Indonesia perlu terus memperdalam keuangan dalam negeri agar tidak terlalu bergantung pada modal asing ke depan,” tutur Khor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×