kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agus Marto: Hasil stress test biasanya tidak dipublikasikan


Kamis, 03 Mei 2018 / 22:30 WIB
Agus Marto: Hasil stress test biasanya tidak dipublikasikan
ILUSTRASI. RAKOR PENYALURAN SUBSIDI ENERGI


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu yang lalu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebutkan bahwa regulator telah melakukan stress test terhadap perbankan.

Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung Bank Indonesia, Senin, 30 April 2018 lalu, Wimboh mengatakan bahwa stress test bahkan dilakukan hingga rupiah mendekati level Rp 20.000 per dollar AS. Hasilnya kata Wimboh, kondisi perbankan Indonesia masih cukup kuat.

Sementara itu, kondisi rupiah sendiri cenderung terus mengalami pelemahan. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs rupiah Kamis (3/5) berada di level Rp 13.965 per dollar AS. Level ini menjadi level terdalam pelemahan rupiah sejak akhir 2015 lalu. Pada 18 Desember 2015, rupiah juga sempat melemah hingga ke level Rp 14.032 per dollar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo enggan menanggapi hasil stress test tersebut. "Kalau terkait Pak Wimboh, kamu harus tanya ke Pak Wimboh," kata Agus di kantornya, Kamis (3/5).

Lebih lanjut Agus menegaskan, biasanya hasil stress test memang tidak dipublikasikan. "Stress test biasanya tidak dipublikasikan. Jadi stress test tidak kami publikasikan," tambah Agus.

Selain melakukan stress test terhadap perbankan dari sisi kurs, Wimboh pada saat itu juga mengatakan bahwa pihaknya melakukan stress test terkait suku bunga. Hal ini dengan asumsi suku bunga kredit mengalami kenaikan dalam batas tertentu. Hasilnya perbankan Indonesia secara umum masih cukup kuat.

Dari sisi NPL (rasio kredit bermasalah), menurut Wimboh, perbankan Indonesia juga masih cukup kuat untuk menghadapi tekanan rupiah dan nilai tukar. Terkait daya tahan perbankan Indonesia ini, menurut OJK disebabkan karena permodalan bank yang cukup tinggi yaitu mencapai 22%.

Selain itu, dari sisi net open position (NOP) juga masih terjaga dan sebagian besar berada di posisi long. Sehingga dengan nilai tukar berapapun, menurut klaim OJK tidak berefek ke permodalan perbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×