kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Utang bersih naik, Indonesia masih punya PR


Jumat, 29 September 2017 / 08:22 WIB
Utang bersih naik, Indonesia masih punya PR


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia di akhir kuartal kedua 2017 menunjukkan minat investor global terhadap Indonesia masih positif. Oleh karena itu, menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengoptimalkan investasi yang masuk tersebut.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), PII Indonesia mencatat net kewajiban sebesar US$ 350,2 miliar pada akhir kuartal 2017 atau 35,7% terhadap produk domestik bruto (PDB). Posisi itu naik US$ 15,6 miliar dari posisi net kewajiban pada akhir kuartal sebelumnya.

Peningkatan net kewajiban PII Indonesia tersebut disebabkan oleh peningkatan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang melampaui peningkatan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).

Josua mengatakan, peningkatan KFLN yang lebih tinggi dibanding AFLN-nya sejalan dengan peningkatan penerbitan surat utang global pemerintah. Di kuartal kedua, pemerintah tercatat menerbitkan samurai bond dan euro bond sekaligus global bond serta mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed).

"Dilihat dari inflow juga mendorong cadev. Jadi ini salah satuya dipengaruhi oleh rating upgrade," kata Josua kepada KONTAN, Kamis (28/9). Begitu juga dengan investasi langsung.

Lebih lanjut menurut Josua, meski kewajiban meningkat, hal ini bisa meningkatkan iklim investasi dan memberi sinyal kepada investor global bahwa Indonesia layak investasi. "Juga sejalan dengan keinginan pemerintah menjadikan investasi sebagai motor ekonomi," tambahnya.

Meski demikian, pemerintah juga memiliki pekerjaan rumah, yaitu memanfaatkan secara optimal investasi yang masuk untuk menggerakkan dan memeratakan ekonomi Indonesia. Hal ini terkait dengan upaya pemerintah untuk menurunkan rasio antara investasi dan pertumbuhan output atau The Incremental Capital Output Ratio (ICOR).

"Bisa di-manage dengan (memanfaatkan) liability yang jangka panjang. Sama dengan pengelolaan utang," tambahnya. Oleh karena itu, pemerintah juga perlu menjaga kemampuan membayar utang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×