INDUSTRI PARIWISATA - JAKARTA. Pembangunan tugu di Laut Pasir Bromo dan di padang Savannah Bromo menuai kritik sejumlah pihak. Salah satunya datang dari Masyarakat Fotografi Indonesia (MFI).
Sigit Pramono, Ketua Dewan Pembina MFI mengatakan dalam surat terbuka yang di alamatkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Menteri Pariwisata terkait protes pihaknya terkait pembangunan tugu nama tersebut.
Menurutnya, tugu nama semacam itu secara estetika mengganggu keindahan alam Bromo yang indah dan megah. "Bagi kalangan masyarakat fotografer, kehadiran tugu itu sungguh patut disayangkan. Hanya merusak estetika alam Bromo," ujarnya dalam surat terbuka.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai pengelola kawasan wisata Bromo menurutnya bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat seperti menambah toilet umum di kawasan Bromo. "Toilet masih sangat kurang," katanya.
Sigit meminta pemerintah untuk memerintahkan Balai Besar Taman Nasiobal Bromo Tengger Semeru untuk membongkar tugu nama tersebut. Dalam pertemuannya dengan pemerintah di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sigit pun memberi sejumlah masukan terkait pengembangan kawasan Bromo. Di antaranya membangun gerbang masuk terpadu dan juga membangun jalur kendaraan bermotor di Laut Pasir dan Sabana yang di arahkan ke sisi tebing.
Ia menegaskan, dalam membangun kawasan wisata Bromo ada dua prinsip yang harus selalu dijunjung tinggi : Yang pertama prinsip konservasi untuk melindungi taman nasional, dan yang kedua menghormati kesakralan kawasan Bromo sebagai tempat yang disucikan orang Tengger.
Sekadar informasi, ada dua tugu yang dibangun dengan memakai dana APBN senilai Rp 60 juta. Dua tugu nama itu di antaranya ada lautan pasir dekat kawah Bromo. Pada tugu nama itu tertulis "The Sea of Sand Bromo Tengger Semeru". Selain itu, tugu nama itu juga ada di padang sabana Bukit Teletubbies dengan tulisan "Bukit Teletubbies Bromo Tengger Semeru".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
