kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Syarat Indonesia keluar dari middle income trap


Senin, 28 Agustus 2017 / 21:04 WIB
Syarat Indonesia keluar dari middle income trap


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID -  Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperingatkan negara berstatus pendapatan menengah seperti Thailand, Filipia serta Indonesia bisa menghadapi ancaran middle income trap.

Padahal, kondisi global tengah berubah. Lantaran ada revisi pertumbuhan  ekonomi dunia meningkat dari yang sebelumnya selalu turun.

“Apabila sekarang ini Indonesia memiliki income per kapita US$ 3.600, kalau mau keluar dari middle income country, kita harus punya income per capita di atas US$ 12 ribu,” katanya di Gedung DPR RI, Senin (28/8).

Menurut Agus, hal ini harus dicapai dengan reformasi fiskal, sektor riil, dan moneter yang fokus dan konsisten. Di reformasi fiskal sendiri Agus menyebutkan ada amnesti pajak, dana transfer daerah yang besar, dan subsidi lebih targeted.

“Sementara di moneter kami introduce BI 7DRR, GWM averaging, upaya di makroprudensial dan lain-lain,” ucapnya.

Adapun di sektor riil, saat ini sudah ada 15 paket kebijakan yang sudah keluar. “Reform ini harus terus dijalankan, yaitu meningkatkan total factor productivity, kita juga harus memperbaiki capital stock, dan memperbaiki pendidikan. Kalau ini bisa diperbaiki, kita akan keluar dari middle income trap, bahkan kita akan menjadi satu dari lima ekonomi terbesar di dunia pada 2045 menurut beberapa prediksi,” jelasnya.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menilai, dengan hitung-hitungan kasar, pertumbuhan nominal income di Indonesia harus mencapai 8% hingga 9% per tahun agar pendapatan per kapita tumbuh dobel di delapan tahun mendatang.
Namun demikian, mencapai itu bukan hal yang mudah karena butuh consumption growth dan investment growth, “Dan terutama peran dari swasta, ini perlu didorong,” ucapnya.

Anton melanjutkan, kondisi middle income trap bisa terjadi apabila pemerintah tidak mempersiapkan shifting saat harga komoditas sedang naik. Pasalnya, harga komoditas sendiri terus bergerak sehingga risikonya pada perekonomian Indonesia selalu besar.

“Yang menyebabkan itu sebenarnya pada waktu lagi commodity booming, kita tidak mempersiapkan untuk shifting untuk menghadapi saat komoditas turun. Akibatnya ketika turun, dampaknya merembet,” jelasnya.

Anton mencontohkan, misalnya sektor pertambangan. Bila diterpa penurunan harga komoditas, maka sektor turunannya juga akan terkena, seperti usaha jasa pertambangan, dan lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×