kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selain intervensi, BI bisa pakai jurus ini saat rupiah loyo


Selasa, 24 April 2018 / 18:10 WIB
Selain intervensi, BI bisa pakai jurus ini saat rupiah loyo
ILUSTRASI.


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Penelitian Core Piter Abdullah mengatakan Bank Indonesia (BI) bisa langsung intervensi atas pelemahan rupiah saat ini. Menurutnya, cadangan devisa Indonesia saat ini masih cukup untuk mengambil langkah intervensi.

Meski demikian, BI mempunyai alternatif kebijakan selain intervensi untuk menahan pelemahan rupiah. Salah satunya dengan pengelolaan aliran modal (capital flow management).

Berbeda dengan kebijakan intervensi yang bisa digunakan secara cepat, capital flow management pemanfaatannya harus dilakukan jauh hari sebelum BI mengantisipasi terjadinya pelemahan rupiah.

 “Sebenarnya ada kebijakan yang lebih sustain, yaitu kebijakan capital flow management, sayangnya capital flow ini tidak bisa digunakan secara mendadak,” ujarnya di Jakarta, Selasa (24/4).

Caranya Dengan mengatur dana atau investasi yang masuk tidak mudah untuk keluar.

“Kita tahu bahwa capital flow di Indonesia mostly dalam bentuk crowd money, portofolio investment. Tapi, mereka kita izinkan untuk masuk, tanpa kita batasi untuk bagaimana mereka keluar. Harusnya diatur bagaimana we behave in, we behave out,” tambahnya.

Dia menjelaskan, artinya dana yang sudah masuk ke Indonesia tidak bisa keluar begitu saja. Dengan cara itu jika terjadi capital outflow, investor tidak mudah keluar begitu saja.

Satu lagi, alternatif yang mungkin bisa dilakukan namun dipandang negatif oleh IMF (Dana Moneter Internasional), yakni capital control.

“Ini bukan untuk melarang orang memiliki devisa Tapi ini juga sudah sering diusulkan, namun tidak ditanggapi positif oleh BI. Misalnya, mewajibkan para eksportir, khususnya misalnya eksportir BUMN untuk menyerahkan hasil devisanya ke pemerintah, dalam hal ini ke BI,” kata dia.

Tapi, alternatif mana yang paling tepat yakni harus dilihat dari produksinya yang memang seharusnya sudah di siapkan. Menurutnya, jika BI harus menahan suku bunga maka BI harus menyiapkan ini lebih awal.

“Supaya nanti pada saat The Fed menaikkan suku bunga lagi, itu gak ada lonjakan capital outflow, karena mereka sudah membatasi oleh ketentuan yang membatasi mereka untuk bisa turun saat itu juga. Itu yang bisa dilakukan BI, selain intervensi,” tutupnya.

Mengutip Bloomberg, pada akhir perdagangan Selasa (24/4) pukul 17.00 WIB, nilai tukar rupiah menguat 0,62% ke level Rp 13.889 per dollar AS. Namun, kurs tengah Bank Indonesia mencatat, rupiah masih berada di posisi Rp 13.900 per dollar AS, terdepresiasi 0,04% dibandingkan kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×