SDM topang pertumbuhan ekonomi kreatif

Selasa, 27 Februari 2018 | 18:56 WIB   Reporter: Jane Aprilyani
SDM topang pertumbuhan ekonomi kreatif

Talkshow Data Statistik Tenaga Kerja oleh Bekraf dan BPS


INDUSTRI KREATIF - JAKARTA. Badan Ekonomi Kreatif akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang ekonomi kreatif. Hal ini dilakukan untuk mendukung harapan ekonomi kreatif untuk menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.

Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Joseph Pesik menuturkan aset utama industri kreatif adalah manusia yang memproduksi gagasan atau ide kreatif yang mampu mengembangkan industri kreatif. "Dilihat dari aspek makro, sesungguhnya diperlukan peningkatan kualitas SDM. Kita bisa banyak lakukan sertifikasi yang dibutuhkan tetapi ini dilihat bukan dari konteks pendapatan tetapi kesempatan berkembang di pasar global," ujar Ricky di Sarinah, Jakarta, Selasa (27/2).

Bicara soal sertifikasi dan akreditasi, Bekraf terus mengupayakan untuk semua lini pelaku industri kreatif setara dengan pelaku ekraf negara lain. "Agar kedepan pelaku ekraf bisa kolaborasi dengan internasional," tambah Ricky.

Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Sairi Hasbullah menyebut sumbangsih pekerja ekonomi kreatif tahun 2015 tercatat 15,96 juta jiwa. Sedangkan tahun 2016 meningkat menjadi 16,91 juta jiwa. "Dari tahun 2015 ke 2016 meningkat 14,28%. Dan penduduk yang bekerja di sektor ekonomi kreatif rata-rata tumbuh 4,69% per tahunnya," jelasnya.

Sairi menambahkan jumlah pekerja ekonomi kreatif didominasi di bidang kuliner, fesyen dan kriya. Namun dari catatan BPS, yang paling tinggi dan utama adalah kuliner diikuti kriya lalu fesyen. Hanya saja, yang menjadi perhatian Sairi, secara rata-rata pekerja di industri kreatif sistem pengupahannya masih di bawah rata-rata.

Secara nasional pekerja diberi upah minimum regional Rp 2,6 juta. Sementara untuk pekerja industri kreatif masih di bawah atau sekitar Rp 2,1 juta pada tahun 2016. "Hal ini karena masih banyak sekali pekerja di tiga subsektor unggulan yang disebutkan itu menerapkan sistem tradisional. Seperti warung makan, kerajinan rumah tangga yang dibanding pekerja pabrik, pekerja industri manufaktur, arsitek mendapat upah layak," ungkap Sairi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi

Terbaru