kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SBN ritel online ditargetkan jalan semester I 2018


Jumat, 17 November 2017 / 19:01 WIB
SBN ritel online ditargetkan jalan semester I 2018


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel Online pada semester I 2017.

Berdasarkan keterangan tertulis dari laman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemkeu, pemerintah menyatakan harus dapat mengambil manfaat dengan maraknya perkembangan transaksi secara elektronik.

"Perlu terobosan atas mekanisme penerbitan SBN Ritel yang ada saat ini seiring maraknya penggunaan internet di masyarakat, dengan harapan dapat semakin memperluas jangkauan basis investor dan sekaligus meningkatkan kualitas keritelan investor serta di saat bersamaan mensukseskan program financial inclusion yang sedang dicanangkan oleh Pemerintah," papar Direktur SUN DJPPR, Rabu 15 November 2017 dalam keterangan tertulis.

Direktur SUN menyatakan bahwa sampai dengan pertengahan November, DJPPR bersama para mitra distribusi peserta pilot project telah secara aktif melakukan dua kali uji coba sistem SBN Ritel secara online. Uji coba ini khususnya terkait registrasi profil individu dan informasi rekening investor.

Beberapa kegiatan uji coba akan terus dilakukan hingga awal tahun 2018. Seluruh stakeholders yang terlibat diharapkan tetap menjaga kerja sama yang baik agar target go live SBN Ritel online pada Semester I 2018 dapat dilaksanakan, papar Direktur SUN.

Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, adanya jalur distribusi SBN yang baru hal ini bisa menambah jumlah investor ritel pemula atau baru.

Desmon mengatakan saat ini porsi investor ritel hanya 2% dari kapitalisasi SBN. Desmon berharap dengan adanya sitem SBN ritel online Indonesia bisa seperti negara maju yang jumlah investor ritelnya jauh lebih banyak.

Desmon melihat, tujuan dari program SBN ritel online ini adalah untuk mendorong proses pendalaman proses atau transaksi keuangan. Oleh karena itu, investor yang disasar baiknya investor ritel baru.

"Selama ini pemerintah jual ORI atau sukuk yang mendominasi investor dari Pulau Jawa. Dengan adanya SBN ritel online ini diharapkan investor di wilayah luar Pulau Jawa bisa tertangkap karena kelas menengah terus bertumbuh juga dan bisa jadi sasaran investor baru," kata Desmon.

Jalur distribusi SBN ritel selama ini pun terbilang terbatas. Dengan menggunakan teknologi digital, jalur distribusi bisa makin besar dalam menjaring investor.

Agar program SBN ritel online berjalan lancar, Desmon mengatakan baiknya pemerintah melakukan sosialisasi dan edukasi. "Saat ini ORI dan sukuk sudah banyak dikenal masyarakat di perkotaan sambil distrubusi online ini dibuka pemerintah harus terus mendorong sosialiasi dan edukasi apa itu surat utang," kata Desmon.

Dengan makin lebarnya jalur distribusi, maka proyeksi target penerbitan SBN ke depan tentu bertambah. Hanya saja, Desmon mengatakan kendala yang mungkin timbul adalah terkait kupon yang pemerintah tawarkan.

"Kupon yang ditawarkan SBN ritel online akan dikomparasi dengan bunga deposito. Saya berharap kedepan ORI juga tidak hanya dimiliki investor besar," kata Desmon.

Sebelumnya, Selasa, 12 September 2017, Kementerian Keuangan telah menunjuk enam bank, satu perusahaan efek dan dua perusahaan financial technology (fintech) sebagai peserta pilot project Pengembangan Sistem Penjualan Surat Berharga Negara (SBN) untuk Investor Ritel Secara Online. Institusi yang saat ini bersedia dan telah ditunjuk Kemenkeu dalam pilot project adalah Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, Bank Permata, Bank DBS, Trimegah Sekuritas Indonesia, Bareksa dan Investree.

Desmon memproyeksikan, pemerintah berpotensi memenangkan semua jumlah penwaran yang masuk pada SBN ritel online. "Saya rasa pemerintah akan memaksimalkan jumlah penawaran yang masuk karena tahun depan pembiayaan negara cukup besar," kata Desmon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×