kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham-saham sektor properti pilihan analis


Rabu, 22 Mei 2013 / 17:18 WIB
Saham-saham sektor properti pilihan analis
ILUSTRASI. Promo The Best Thursday (TBT) memiliki 2 paket menu pilihan yang berbeda (dok/KFC)


Reporter: Aceng Nursalim | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Kinerja sektor properti di pasar saham Indonesia memang luar biasa! Bagaimana tidak? Sama halnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks sektor properti juga terus-menerus mencetak rekor tertinggi baru.

Rabu lalu (15/5), indeks sektor properti ditutup pada level 508,82. Ini merupakan level tertinggi sepanjang sejarah. Bila dihitung sejak awal tahun, artinya indeks sektor properti ini sudah meroket sekitar 55,82%. Pada perdagangan Kamis (16/5), indeks sektor properti ini merosot tipis ke level 508,66.

Maklum saja, pelaku pasar memang gencar memburu saham-saham emiten properti. Alhasil, harga saham properti naik tinggi.

Ambil contoh saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Pada penutupan perdagangan Selasa lalu (14/5), harga saham ini ditutup Rp 1.430 per saham, yang merupakan level tertingginya. Posisi ini bertahan hingga penutupan perdagangan Rabu. Dengan demikian, investor yang memegang saham CTRA sejak awal tahun sudah mengantongi cuan sekitar 78,75%. Ini belum termasuk dividen, lo.

Para analis memandang sektor properti memang tengah dikelilingi banyak sentimen positif. Pertama, kenaikan daya beli masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong pembelian properti juga meningkat. Apalagi, permintaan rumah tinggi di Indonesia memang masih tinggi.

Kedua, suku bunga Indonesia masih rendah. Bank Indonesia (BI) sampai saat ini masih mempertahankan suku bunga pada level 5,75%. Rendahnya tingkat bunga mendorong pembelian properti dengan pembiayaan perbankan atawa kredit pemilikan rumah (KPR).

Pilihan saham

Ketiga, emiten di sektor properti rata-rata berhasil membukukan pertumbuhan kinerja keuangan yang positif. Bahkan, pertumbuhannya bisa lebih dari 100%. PT Bumi Serpong Damai Tbk, misalnya, berhasil mencetak kenaikan laba bersih sebesar 369% di kuartal pertama tahun ini.

Dengan fundamental yang kinclong, tidak heran harga saham properti naik tajam. Akibat kenaikan tersebut, menurut analis Remax Capital Lucky Bayu Purnomo, saat ini potensi koreksi di saham-saham properti terbuka lebar. Pelaku pasar bakal membatasi transaksinya di sektor properti saat harga sudah terlalu tinggi.

Toh, bukan berarti peluang meraup keuntungan dari saham sektor properti sudah surut. Para analis menyebutkan, ada beberapa saham properti yang menjadi unggulan tahun ini dan bisa memberi imbal hasil lumayan bagi ivestor. Berikut ulasan analis atas saham properti yang masih layak dikoleksi.

BSDE

Sepanjang tiga bulan pertama 2013, Bumi Serpong Damai (BSD) berhasil mencetak laba bersih Rp 1,24 triliun. Sementara dalam periode yang sama tahun sebelumnya, pengembang di Tangerang, Banten, ini hanya mencatatkan laba Rp 265,05 miliar. Artinya, laba bersih BSD naik tiga kali lipat.

Laba bersih kuartal satu tahun ini juga sudah hampir menyamai total laba bersih BSD sepanjang 2012 silam, yakni sebesar Rp 1,29 triliun.

Dari sisi pendapatan, anak usaha Grup Sinarmas ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,08 triliun selama kuartal I–2013. Realisasi ini lebih tinggi sekitar 160% dibandingkan dengan pendapatan kuartal I–2012, yakni Rp 800,11 miliar.

Kenaikan pendapatan dan laba bersih tersebut disokong oleh penjualan lahan untuk proyek patungan BSD dengan tiga perusahaan lain. Di antaranya, penjualan 10 hektare (ha) lahan ke PT AMSL Indonesia, yang merupakan perusahaan patungan BSD dengan AEON Mall.

Selain itu, emiten berkode BSDE ini juga melego 68 ha lahan ke Bumi Parama Wisesa. Ini adalah hasil joint venture dengan Hongkong Land.

Tambah lagi, penjualan tanah dan bangunan di BSD naik signifikan, yakni sekitar 194%. Total pendapatan dari bisnis ini mencapai Rp 1,88 triliun. Sedang pendapatan dari sewa mencapai Rp 103,5 miliar.

Berdasarkan kinerja perseroan yang spektakuler tersebut, analis berani memasang rekomendasi beli untuk BSDE. Benedictus Agung Swandono, analis Samuel Sekuritas Indonesia, mematok target harga BSDE di akhir tahun sebesar Rp 2.000 per saham.

Agung meyakini prospek properti di kawasan BSD masih cerah. “Properti dan tanah di BSD terus diburu investor, karena itu potensi kenaikan harga dalam jangka panjang masih ada,” terang dia.

Apalagi, BSD sendiri rajin menggelar ekspansi. Direktur dan Sekretaris Perusahaan BSDE Hermawan Widjaya mengungkapkan, BSDE akan mengakusisi lahan baru seluas 500 ha. Perinciannya, 400 ha di wilayah Samarinda dan sisanya di Surabaya. “Kami akan terus berekspansi dengan menyebar titik bisnis ke luar Jakarta,” jelas Hermawan pada KONTAN, Rabu (15/5).

Untuk memuluskan ekspansi tersebut, BSD sudah mengalokasikan belanja modal Rp 9 triliun hingga tiga tahun mendatang. “Tahun ini, kami gunakan Rp 3 triliun, dananya dari kas internal,” imbuh Hermawan.

BSD juga telah mengakuisisi 3 ha landbank di Rasuna Epicentrum dari PT Bakrieland Development Tbk. Nilai akuisisi mencapai Rp 869 miliar. Lahan ini rencananya akan digunakanuntuk membangun high rise residential untuk kalangan menengah atas yang akan mulai dipasarkan akhir tahun ini.

Yang teranyar, BSD juga berniat menambah modal dengan cara menggelar private placement. Rencananya, emiten ini melepas saham baru sebanyak 1,75 miliar saham dengan harga Rp 1.691. Artinya, dari aksi korporasi ini, BSD bakal meraup Rp 2,96 triliun. Dana hasil penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek lebih dahulu ini akan digunakan untuk membiayai ekspansi perseroan ini.

Agung memprediksi, BSD bisa meraup pendapatan Rp 5,34 triliun akhir tahun ini. Adapun, laba bersih berpeluang naik menjadi Rp 1,98 triliun.

CTRA

PT Ciputra Development Tbk berhasil membukukan pendapatan Rp 1,34 triliun kuartal pertama tahun ini. Realisasi ini lebih tinggi sekitar 143% dari pendapatan kuartal satu 2012, yakni Rp 551,84 miliar.

Sementara laba bersih emiten berkode CTRA ini naik 157% menjadi Rp 215,9 miliar. Di periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih Ciputra cuma Rp 83,88 miliar.

Kenaikan pendapatan dan laba bersih ini antara lain ditopang oleh penjualan perkantoran sebesar Rp 167,86 miliar. Selama kuartal pertama tahun lalu, penjualan perkantoran ini belum ada. Maklum, kawasan perkantoran yang dibangun di Ciputra World Jakarta I baru mulai beroperasi tahun ini.

Ciputra juga terus menggenjot bisnis residensial. Sekretaris Perusahaan Ciputra Tulus Santoso bilang, Ciputra telah meluncurkan proyek perumahan di Medan dan Semarang, bulan lalu. Dari kedua proyek ini, Ciputra menargetkan penjualan masing-masing Rp 1,2 triliun.

Ciputra juga menjajaki peluang mengembangkan properti di 13 kota. Di setiap kota, Ciputra menargetkan bisa mencaplok lahan 20 ha–30 ha. “Kami usahakan bisa membebaskan lahan sekitar 200 ha–300 ha setiap tahunnya,” ungkap Tulus.

Ciputra juga mengembangkan sayap bisnis ke pulau dewata dengan membangun hotel mewah berkonsep vila pada 2014 mendatang. Rencananya, perusahaan induk Grup Ciputra ini berniat membangun dua hotel dengan jumlah kamar masing-masing 100 kamar. Perseroan ini siap menggelontorkan US$ 400 juta–US$ 500 juta.

Menurut Lucky, prospek saham CTRA ke depan masih positif. Apalagi, sebagian besar proyek Ciputra berupa landed house. Permintaan landed house di Indonesia sendiri masih sangat tinggi.

Analis Indopremier Securities Agus Pramono memprediksi, emiten berkode CTRA ini akan mengeruk pendapatan Rp 6,20 triliun pada akhir tahun. Sementara, laba bersih berpeluang naik menjadi Rp 1,51 triliun. “Kami memproyeksikan target harga CTRA di Rp 1.500 per saham hingga akhir tahun dengan rekomendasi beli,” ujar Agus.

LPKR

Upaya PT Lippo Karawaci Tbk memperbesar pendapatan berulang atawa recurring income berhasil. Selama kuartal satu 2013 pendapatan dari divisi rumahsakit naik 45% jadi Rp 584 miliar. Sementara, pendapatan bisnis residensial naik 13% jadi Rp 620 miliar. “Kinerja di kuartal pertama ini merefleksikan pembangunan berkelanjutan dari proyek di divisi usaha residensial dan rumahsakit,” ujar Ketut Budi Wijaya, Presiden Direktur Lippo Karawaci.

Alhasil, pada kuartal satu 2013, emiten milik keluarga Riady ini berhasil meraup pendapatan Rp 1,48 triliun, naik 26,5% dari pendapatan periode yang sama tahun lalu. Adapun, laba bersih merangkak naik 22,66% menjadi Rp 251,69 miliar.

Emiten berkode LPKR ini akan terus mengembangkan bisnis rumahsakit. Lippo antara lain akan membangun rumahsakit internasional berkapasitas 300 tempat tidur di Padang. Perseroan ini telah mengalokasikan dana Rp 400 miliar untuk proyek tersebut.

Rumahsakit ini akan menjadi bagian dari Lippo Plaza. Megaproyek ini diperkirakan menghabiskan dana Rp 1,3 triliun.

Selain rumahsakit, Lippo akan membangun hotel bintang lima dengan 200 kamar dan pusat perbelanjaan seluas 55.500 m2 di kawasan ini. Dana yang dialokasikan untuk membangun hotel mencapai Rp 300 miliar, sementara dana pembangunan pusat perdagangan mencapai Rp 600 miliar.

Lippo juga akan melengkapi kawasan ini dengan sekolah dari berbagai jenjang pendidikan. “Targetnya, proyek ini bisa beroperasi 2014 mendatang,” ujar Danang Kemayan Jati, Vice President and Head of Corporate Communication Lippo.

Lippo Karawaci juga tengah menggarap megaproyek Bandar Minangkabau. Danang belum bersedia merinci soal proyek ini. “Yang jelas nanti akan ada fasilitas kesehatan dan pendidikan di sana,” kata dia.

Menurut perhitungan analis Kim Eng Securities Anthony Yunus, Lippo masih bisa mencetak pertumbuhan yang kuat dari divisi residensial dan divisi layanan kesehatan. “CAGR masing-masing divisi diproyeksikan naik 45% dan 50% sepanjang 2012–2015,” jelas dia. CAGR adalah compound annual growth rate atau rata-rata pertumbuhan tahunan. Selain itu, Lippo berpotensi mendulang keuntungan dari penjualan aset mal kepada afiliasinya, yakni Lippo Malls Indonesia Retail Trust di Singapura.

Anthony memprediksi, Lippo Karawaci bakal mencetak pendapatan Rp 9,25 triliun di akhir tahun nanti. Buat perbandingan, sepanjang 2012, pendapatan Lippo mencapai Rp 6,16 triliun.

Sedangkan laba bersih berpotensi meroket menjadi Rp 1,29 triliun pada akhir tahun 2013. Tahun lalu, Lippo mencetak laba bersih Rp 859 miliar.

Berdasarkan fundamental dan potensi pertumbuhan bisnis perseroan tersebut, Anthony memasang rekomendasi beli untuk saham LPKR. “Kami proyeksikan target harga LPKR sebesar Rp 1.550 per saham pada akhir tahun,” sebut dia.

Bakal setinggi apa saham properti melesat tahun ini?


***Sumber : KONTAN MINGGUAN 34 - XVII, 2013 Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×