kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah di posisi Rp 14.930/ dollar AS, bagaimana membedakan dari krismon 1998?


Rabu, 26 September 2018 / 13:31 WIB
Rupiah di posisi Rp 14.930/ dollar AS, bagaimana membedakan dari krismon 1998?
Pengamat Ekonomi Tony Prasetiantono


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarakan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) hari ini (25/9) kurs rupiah terhadap USD tercatat Rp 14.938. Kurs rupiah ini merupakan yang terburuk sejak krisis moneter 1998 yaitu pernah mencapai Rp 16.650 per dollar AS.

Pelemahan rupiah ini juga dikonfirmasi oleh Reuters, yaitu sampai pukul 11.49 WIB siang ini, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tercatat di posisi Rp 14.935.

Bagaimana membedakan pelemahan rupiah hari ini dengan krisis moneter 1998 lalu?

Pengamat Ekonomi A. Tony Prasetiantono bilang, memang dari sisi angka pelemahan rupiah antara beberapa hari ini dengan krisis 1998 tidak berbeda jauh, namun dari sisi indikator ekonomi antara saat ini dan 1998 mempunyai perbedaan jauh.

“Angka pelemahan rupiah boleh sama namun suasana dan underlyingnya berbeda,” kata Pengamat Ekonomi Tony Prasetiantono ketika ditemui di Yogjakarta, Sabtu (22/9).

Jika dilihat dari awal 2018 kurs rupiah per dollar AS tercatat 13.542 angka ini naik hingga hari ini, Rp 14,938.

Sedangkan pada 1998, kenaikan nilai tukar rupiah terhadap USD cukup tajam dari Rp 3.000 per dollar AS menjadi Rp 16.650 hanya dalam tiga bulan.

Sedangkan dari sisi inflasi, juga berbeda jauh pada 1998 tingkat inflasi mencapai 78% sedangkan saat ini inflasi terkendali diangka 3,8%. Sedangkan dari sisi pertumbuhan ekonomi pada 1998 sempat minus 13,7% sedangkan hari ini positif 5,1%-5,2%.

Pada 1998, hampir semua bank besar mengalami colaps dan sakit, sedangkan hari ini, perbankan cukup sehat. Pada 1998, pemerintah bahkan harus menyuntik perbankan dengan obligasi rekapitalisasi sebesar Rp 650 triliun.

Angka suntikan dana pemerintah ke perbankan pada saat itu menurut Tony cukup besar yaitu 50% dari pendapatan domestic bruto (PDB) Indonesia pada saat itu.

Tony mengatakan rupiah yang terus melemah ini bukan disebabkan karena fundamental ekonomi Indonesia melemah, namun karena adanya perbaikan ekonomi Amerika Serikat. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Amerika adalah penyerapan tenaga kerja AS yang membaik.

Bahkan terakhir tercatat pertumbuhan ekonomi AS diangka 2,9%. Angka ini sudah jauh lebih baik jika dibandingkan ketika krisis ekonomi AS pada 2008. Kedepan Tony memproyeksi rupiah masih akan tertekan seiring dengan rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan sampai 3,25% dari saat ini 2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×