kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Risyanto Suanda, anak pesisir yang jadi bos BUMN perikanan


Sabtu, 30 Juni 2018 / 09:10 WIB
Risyanto Suanda, anak pesisir yang jadi bos BUMN perikanan


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebelum Desember 2017 lalu, Risyanto Suanda tak pernah membayangkan dirinya akan ditunjuk Rini M. Soemarno, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menjadi direktur utama Perum Perikanan Indonesia (Perindo). Dia jadi orang nomor satu di perusahaan pelat merah yang bergerak dalam industri perikanan tersebut untuk menggantikan posisi Syahril Japarin.

Pria yang akrab disapa Aris ini sejatinya baru bergabung dengan Perindo pada Maret 2017 sebagai direktur. Tapi, Kementerian BUMN sebagai pemegang saham punya pandangan lain dan memilih Aris memimpin Perindo.

Saat berbincang dengan KONTAN, Jumat (22/6) pekan lalu, lelaki kelahiran Karawang, 24 Februari 1976, ini menceritakan pengalaman dan perjalanan kariernya hingga meraih posisi puncak di perusahaan yang berdiri 20 Januari 1990 tersebut.

Aris sebenarnya sudah tak asing dengan dunia perikanan. Sebab, dia lahir sebagai putra pesisir dengan lingkungan keluarga yang berbisnis di bidang perikanan di Karawang, Jawa Barat.

Lantaran telah mengenal dunia perikanan sejak kecil, tak heran ketika beranjak remaja Aris jatuh cinta dengan sektor itu. Bagaimana tidak? Sepulang sekolah, dia sudah memiliki jadwal khusus untuk membantu pekerjaan orangtua.

Tugas yang kerap Aris lakukan saat masih mengecap bangku sekolah adalah, menemani sang ayah mencatat seluruh jenis dan jumlah iklan, dan nama nelayan. Tugas lain yang juga sering dia lakukan, menjaga toko kelontong milik ibunya yang menjual seluruh keperluan nelayan. "Tugas membantu orangtua dibuat semacam jadwal dan wajib untuk dilaksanakan," ujarnya.

Meski menggerus waktu luang yang seharusnya dia gunakan untuk bermain dengan anak usia sebayanya, Aris senang melakukan semua pekerjaan itu. Menurutnya, orangtuanya memberikan tugas ini bukan untuk mengeksploitasi sebagai seorang anak. Tetapi, untuk mengajarkan kepadanya sebagai anak, bahwa mencari uang tidaklah mudah dan membutuhkan perjuangan juga pengorbanan.

Tugas-tugas itu Aris jalani hingga lulus sekolah menengah atas (SMA). Setelah itu, ia harus "pensiun dini" dari bisnis yang orangtuanya kelola karena harus hijrah ke Yogyakarta untuk menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM). Dan, Aris mengambil jurusan yang tak jauh dari bidang yang selama ini dia geluti, yakni jurusan perikanan.

Praktik lapangan sejak kecil membuat Aris sangat menjiwai hampir seluruh mata kuliah. Dengan jurusan spesialisasi pengelolaan sumber daya perikanan, Aris lulus tepat waktu di 1998 dengan nilai terbaik. "Saat menjadi mahasiswa, waktu saya hanya untuk kuliah dan tidak terbagi ke yang lain-lain," ungkapnya.

Tercatat sebagai mahasiswa berprestasi, dia pun lantas berkesempatan mendapat beasiswa pascasarjana dari Bank Dunia. Ia pun berhasil memperoleh beasiswa untuk mengambil gelar magister sains untuk bidang remote sensing pada pengelolaan wilayah pantai di UGM dan lulus 2001.

Dengan bekal gelar strata dua (S2), sebetulnya Aris punya bekal kuat untuk melanjutkan dan mengembangkan bisnis perikanan orangtuanya. Namun, dia justru memilih untuk bekerja kantoran sebagai pegawai swasta di Jakarta.

Aris enggan menyebut perusahaan pertamanya bekerja. Tapi, dia memastikan, selain untuk mencari modal uang dan jaringan supaya bisa membuka usaha sendiri, pekerjaan itu ia lakoni buat belajar dengan sistem manajemen pengelolaan perusahaan.

Menerima tantangan

Setelah lima tahun bekerja dan merasa sudah mengetahui manajemen pengelolaan perusahaan, mempunyai jaringan yang luas, serta modal cukup, Aris pun memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Selanjutnya, ia mulai membangun perusahaan sendiri.

Benar-benar jatuh cinta dengan dunia perikanan, perusahaan yang dia bangun juga bergerak di bidang ini dengan memakai sistem teknologi satelit. Aris cukup optimistis dalam merintis usaha itu. Alasannya, belum banyak perusahaan yang menawarkan jasa tersebut.

Tidak semulus yang dia bayangkan, bapak dua anak ini mengaku sulit mendapatkan klien pertama. "Saya pikir, dulu satu sampai dua bulan saja pasti sudah dapat klien," kata Aris.

Walau mempunyai dunia pertemanan yang luas, rupanya tidak membuatnya mudah memperoleh klien. Pasca lima bulan menjalani usahanya, konsumen pun baru mulai memberikan kepercayaan. Itu artinya, Aris berhasil mendapatkan klien pertamanya.

Sejak itu, satu persatu permintaan datang dari pelanggan. Namun, seluruh pekerjaan tersebut belum bisa membuat roda usahanya melaju. Menjalankan bisnis hampir dua tahun, ternyata belum bisa menghasilkan untung. Seluruh penghasilan yang masuk hanya cukup untuk membayar sewa kantor dan gaji karyawan serta biaya operasional perusahaan lainnya.

Menghadapi masa-masa yang sulit, tidak membuat Aris menyerah kemudian kembali menjadi seorang karyawan. Baginya, jadi seorang pengusaha mempunyai rasa kebanggaan tersendiri karena bisa membantu orang lain lewat lapangan pekerjaan.

Berbekal keyakinan dan fokus, Aris optimis usaha yang dirinya bangun bakal berkembang. "Jangan berhenti bergerak karena rezeki pasti mengikuti, silaturahmi dapat menciptakan peluang dan membuka kesempatan," tegasnya.

Aris mengungkapkan, tiga tahun pertama merupakan waktu yang paling berat dalam menjalankan usaha. Mental pun benar-benar diuji. Hanya dampak positifnya, otak terus dipacu untuk mencari peluang agar bisnisnya terus bertahan.

Berkat keyakinan dan sifat pantang menyerah, Aris sekarang menuai sukses dengan memiliki beberapa perusahaan di bidang perikanan. Misalnya, PT Mitratech Andal Sinergia, PT Mitra Agri Selaras, dan PT Mulia Abadi Suplai.

Kiprah Aris sebagai pebisnis perikanan yang cukup sukses dan mumpuni rupanya terendus Kementerian BUMN, yang tengah mencari figur untuk ditempatkan sebagai direksi di Perindo pada 2017.

Bak gayung bersambut, ternyata bukan hanya Kementerian BUMN yang kepincut dengan kiprahnya, tapi Aris sendiri ketika ditawari pekerjaan sebagai direktur di Perindo langsung merasa tertantang dan menerimanya dengan senang hati. "Saya merasa mendapat tantangan dan ingin membuktikan diri, bahwa bisa berkontribusi untuk negara tercinta," sebutnya.

Meski bergelut dengan bisnis perikanan sejak kecil dan membangun bisnis perikanan selama kurang lebih 10 tahun, tak lantas membuat Aris langsung fasih bekerja di Perindo.

Pria berdarah Sunda ini mengakui, menjalankan perusahaan milik negara dan swasta cukup berbeda. Semenjak bergabung dengan Perindo, dia dituntut untuk mematuhi seluruh peraturan yang telah pemerintah buat sebagai pemilik. Selain itu, ia juga diharuskan memberikan laporan secara berkala kepada pemegang saham, Kementerian BUMN. "Hal ini baik buat saya karena mengajarkan untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan bisnis," ujarnya.

Kendati mengalami kesulitan di awal, Aris terus berusaha memberikan yang terbaik. Maka tak heran, sembilan bulan kemudian dia diangkat menjadi orang nomor satu di Perindo.

Sebagai pimpinan, Aris berusaha membawa budaya perusahaan swasta yaitu focus oriented dalam menjalankan Perindo. Dengan begitu, para karyawan Perindo akan terpacu untuk membuat perusahaan lebih berkembang dan menghasilkan pendapatan yang lebih besar.

Perindo sudah mencatatkan pendapatan yang cukup baik yang berasal dari bisnis konvensional yang dijalankan selama ini. Sekadar informasi, bisnis utama Perindo adalah pengelolaan pelabuhan. Sehingga, pendapatan dan margin mereka bisa dilihat dengan jelas.

Ini membuat perusahaan tersebut membukukan pendapatan lebih besar. Langkah utama yang Aris lakukan adalah memanfaatkan jaringan rekanan yang sudah ada. Alasannya, identitas para mitra sudah jelas sehingga tidak perlu membuang waktu untuk mengidentifikasi lagi. Ditambah, mereka sudah mengenal dan mengetahui sepak terjang Perindo. Alhasil, tentu saja sudah tercipta kepercayaan.

Melalui jalan ini, Aris memulai bisnis perdagangan di Perindo. Hasilnya cukup mengejutkan, penerimaan selama 2017 naik tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dia menyebutkan, semenjak bergabung dengan perusahaan ini, dirinya banyak bertemu dengan orang untuk menjalin hubungan dan perkenalan yang lebih baik. Selain itu, di akhir pekan pun ia kerap melakukan kunjungan kerja ke kantor cabang Perindo. "Seluruh kegiatan yang saya lakukan saat ini sama seperti saat saya baru membesut usaha," imbuhnya.

Aris pun merasa Perindo masih memiliki potensi untuk lebih berkembang pada masa mendatang. Pasalnya, dengan slogan poros maritim dan program tol laut yang jadi perhatian pemerintah, maka sektor perikanan negeri ini akan lebih terdongkrak.

Bahkan, banyak kebijakan sektor perikanan yang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti buat sukses mengubah wajah sektor perikanan Indonesia menjadi lebih baik.

Informasi saja, Perindo di 2016 lalu baru mendulang pendapatan sekitar Rp 225 miliar. Sedangkan pada 2017 lalu, angkanya melonjak menjadi Rp 650 miliar. Itu artinya, tugas berat berada di pundak Aris untuk meningkatkan atau minimal mempertahankan pendapatan Perindo. Selain bisnis produksi ikan, Perindo juga mengelola pelabuhan perikanan di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×