kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Riset IHS Markit tunjukkan industri manufaktur Indonesia kembali menggeliat


Minggu, 04 Maret 2018 / 09:25 WIB
 Riset IHS Markit tunjukkan industri manufaktur Indonesia kembali menggeliat


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Purchasing Manager Index (PMI) menunjukkan sektor manufaktur Indonesia kembali bergeliat. Survei PMI Manufaktur ini tertuang dalam laporan riset IHS Markit, perusahaan informasi dan analysis keuangan yang berbasis di London, Britania Raya.

PMI Manufaktur PMI Nikkei Indonesia, yang disusun oleh IHS Markit seperti dikutip KONTAN Sabtu (3/3) menyebutkan, naik dari 49,9 di bulan Januari menjadi 51,4 di bulan Februari. Kenaikan ini disebut sebagai level tertinggi dalam 20 bulan. Meski kenaikannya kecil, namun IHS Markit melihat adanya perbaikan dalam sektor manufaktur yang akan mampu memberikan kontribusi yang penting bagi pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2018.

Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh rata-rata lebih dari 5% di bulan Februari. IHS Markit memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2018 pada level 5,2%, naik dari 5,1% tahun lalu.

Survei PMI sepanjang bulan Februari ini secara spesifik melihat output manufaktur yang melonjak tinggi, bahkan disebut sebagai kenaikan tertinggi sejak tahun 2016. Kenaikan output manufaktur ini terutama didukung oleh permintaan domestik yang lebih baik.

Namun, riset IHS Markit tersebut menyisakan catatan penting, yakni pergulatan perusahaan-perusahaan Indonesia akan biaya input yang tinggi. Sementara, pertumbuhan harga jual terbatas. Kondisi ini mengakibatkan banyak perusahaan mengambil strategi membebankan peningkatan biaya kepada konsumen.

Dari bidang moneter, IHS Markit memprediksi adanya kombinasi dari sektor manufaktur yang membaik dan meningkatnya tekanan biaya akan membuat Bank Indonesia (BI) menormalisasi kebijakan moneter setelah melakukan pelonggaran yang agresif tahun lalu.

Indonesia juga disebut akan menghadapi tantangan inflasi yang cukup signifikan tahun ini, mengingat kemungkinan peningkatan belanja infrastruktur publik, pengeluaran terkait pemilu, kenaikan harga minyak dan perkiraan penyusutan rupiah di masa depan.

Kesenjangan antara suku bunga AS dan Indonesia juga akan menambah tekanan bagi bank sentral untuk bertindak. Dengan demikian, IHS Markit memperkirakan langkah selanjutnya adalah kenaikan suku bunga pada akhir 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×