kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan eceran November, daya beli membaik


Selasa, 09 Januari 2018 / 21:21 WIB
Penjualan eceran November, daya beli membaik


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, penjualan eceran pada November 2017 masih tumbuh rendah, namun cenderung makin membaik. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2017 yang sebesar 206,7 atau tumbuh 2,5% (yoy).

Angka ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan pada Oktober 2017 yang sebesar 2,2% (yoy), bahkan penjualan eceran sempat tumbuh negatif di bulan Juli 2017 sebesar -3,3% (yoy).

BI melansir, sumber utama pertumbuhan berasal dari penjualan kelompok makanan minuman yang tumbuh 7,8% (yoy) dan bahan bakar kendaraan yang tumbuh 5,8%. Penjualan eceran kelompok lainnya masih tumbuh negatif, dengan tingkat penurunan yang melambat.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut, dari hasilnya terlihat daya beli masih lesu. Bahkan di saat libur natal tahun baru tingkat konsumsinya pun tidak setinggi tahun 2016.

Ini menyambung dengan survey kepercayaan konsumen di kelompok pengeluaran di atas 5 juta per bulan IKK nya rendah,

“Kemungkinan faktor harga kebutuhan pokok yang naik di akhir tahun juga pengaruh,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (9/1).

Dengan adanya harga kebutuhan pokok yang naik di akhir tahun ini, menurut Bhima, uang belanja cenderung habis untuk beli kebutuhan dasar saja. Hal ini terlihat dari pertumbuhan penjualan tahunan di perlengkapan rumah tangga lainnya yang November 2017 masih negatif besar, yakni -10.5 year on year.

“Kayaknya perlengkapan rumah tangga paling lama pulihnya. Ini juga bisa dilihat dari prospek KPR. Biasanya linear. Orang beli rumah akan belanja perabotan,” jelasnya.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistyaningsih mengatakan, tahun ini sendiri konsumsi diharapkan akan membaik seiring dengan adanya belanja sosial pemerintah yang besar dan kenaikan harga komoditas yang bisa menyebabkan income masyarakat di daerah naik.

“Semoga membaik 2018 kalau bansos efektif kemudian karena harga komoditas, di daerah ada transaksi yang lebih banyak sehingga secara total ada perbaikan,” kata Lana.

Bhima pun menilai, tahun ini prospeknya lebih baik. Sebab, ada Pilkada serentak dan Asean Games sehingga selama setahun banyak event akbar bisa dorong konsumsi.

“Untuk kelas bawah Bansos yang naik signifikan bisa jadi stimulus juga. Tapi secara umum konsumsi rumah tangga masih tumbuh di angka 5%,” ujar Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×