kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembang rumah tapak membidik end user


Senin, 29 Januari 2018 / 11:05 WIB
Pengembang rumah tapak membidik end user


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar industri properti boleh jadi belum akan melesak di tahun ini. Meski begitu, mereka yang mengembangkan proyek rumah tapak atawa landed house berharap masih mampu mengulik potensi pasar atas dasar kebutuhan.

PT Waskita Karya Realty adalah salah satu yang memiliki harapan itu. Bahkan, tahun ini sekaligus akan menjadi debut perdana mereka masuk proyek properti rumah tapak. "Rencananya akan kami luncurkan pada bulan Februari atau Maret 2018," ujar Tukijo, Direktur Utama PT Waskita Karya Realty kepada KONTAN, Sabtu (27/1).

Proyek rumah tapak Waskita Karya Realty rencananya di Denpasar, Bali. Anak perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk tersebut akan mengembangkan lahan seluas 12 hektare (ha) dalam empat tahap.

Pada tahap pertama, bakal ada 100 unit rumah di sana. Meski begitu, Tukijo belum mau membeberkan biaya investasi maupun target marketing sales Waskita Karya Realty. Mereka hanya meyakini, potensi pasar rumah tapak di Pulau Dewata cukup menjanjikan.

Sementara itu, salah satu kampiun proyek rumah tapak yakni PT Ciputra Development Tbk, tak ragu kembali bertumpu para rumah tapak. Malah, mereka memperkirakan potensi pasar properti segmen menengah ke bawah menjanjikan di tengah berlanjutnya tren perlambatan ekonomi.

Menurut catatan internal Ciputra Development, perlambatan pasar rumah tapak terjadi di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Makanya, porsi penjualan dari dua kota itu mengempis dari semula 69% terhadap total penjualan pada tahun 2016, lantas menjadi 58% terhadap total penjualan tahun 2017.

Namun menyusutnya kontribusi penjualan rumah tapak di kota besar tersebut bukan karena tak ada daya beli. Melainkan, karena backlog atau selisih pasokan dan permintaan rumah yang tak seimbang pada segmen menengah ke bawah. Kalau pasokan banyak, Ciputra Development yakin porsi penjualannya di kota besar tak akan berkurang.

Kalau dari sisi harga jual, tahun lalu rumah dengan harga di bawah Rp 2 miliar mendominasi total penjualan hingga 70% di perusahaan ini. "Jadi pasar properti secara volume turun, tetapi ini ditopang oleh volume dari unit price yang murah yang berasal dari end user," terang Tulus Santoso, Direktur PT Ciputra Development Tbk, Kamis (25/1).

Makanya, tahun ini Ciputra Development akan kembali membidik end user dengan daya beli pada harga di bawah Rp 1 miliar. Proyek yang akan mereka geber di Makassar (Sulawesi Selatan), Cibubur (Jakarta) dan Batam (Kepulauan Riau).

Marketing sales

PT Metropolitan Land Tbk sama yakin dengan dua pengembang lain. Tahun ini, perusahaan berkode saham MTLA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut mengandalkan penjualan dari rumah tapak dan kaveling proyek komersial. Karena itu, mereka tidak berniat menaruh perhatian besar pada proyek hunian bertingkat.

Namun, ketimbang membangun proyek baru, Metropolitan Land melanjutkan proyek yang sudah berjalan. Sebut saja Metland Menteng, Metland Puri, Metland Cyber, Metland Transyogi, Metland Tambun, Metland Cibitung, dan Metland Cileungsi.

"Tahun ini kami akan meluncurkan beberapa kluster baru," tutur Olivia Surodjo, Direktur PT Metropolitan Land Tbk saat dihubungi KONTAN, Jumat (26/1).

Rentang pasar Metropolitan Land cukup lebar. Perusahaan itu membidik masyarakat kelas menengah hingga menengah atas dengan harga jual mulai dari Rp 300 miliar per unit hingga Rp 4 miliar per unit.

Sepanjang tahun ini, Metropolitan Land membidik pendapatan sebesar Rp 2 triliun. Perinciannya, sebesar p 1,5 triliun penjualan proyek dan Rp 500 miliar sisanya dari recurring income atau pendapatan berulang.

Asal tahu, tahun lalu, Metropolitan Land membukukan marketing sales atau pendapatan pra penjualan Rp 1,8 triliun. Tiga proyek rumah tapa yakni Metland Cyber, Metland Cibitung dan Metland Menteng menyumbang penjualan hingga 40% terhadap total penjualan. Sementara porsi penjualan gedung bertingkat di bawah 10%.

Sementara Ciputra Development menargetkan marketing sales hingga Rp 7,6 triliun pada tahun ini. Perusahaan berkode saham CTRA di BEI tersebut akan mengandalkan penjualan proyek lama dan proyek baru.

Patut dicatat, target marketing sales mereka tahun ini sama dengan target tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×