kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar obligasi masih anteng setelah kenaikan peringkat utang dari Moody's


Minggu, 15 April 2018 / 13:49 WIB
Pasar obligasi masih anteng setelah kenaikan peringkat utang dari Moody's
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service kembali menaikkan peringkat utang domestik dan luar negeri Indonesia. Moody's mengganjar rating Baa2 dengan outlook stabil dari sebelumnya Baa3 dengan outlook positif.

Secara jangka panjang, naiknya peringkat utang ini bakal menjadi sentimen positif untuk pasar obligasi Indonesia. Namun, tantangan dari gejolak pasar masih terus membayangi.

Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, kenaikan rating utang kali ini membuat prospek obligasi dalam negeri kian positif. Namun, tampaknya pasar tidak merespon kabar baik ini secara langsung.

Menurutnya, pergerakan yield surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun, Jumat (13/4) lalu, masih cenderung stagnan di level 6,5%. "Belum ada penurunan yield yang terlihat. Pasar saham juga masih terkoreksi. Artinya, pasar belum merespon, tapi dalam jangka menengah dan panjang akan jadi hal positif," ujar Desmon, Jumat (13/4).

Desmon juga menilai, kenaikan rating utang oleh Moody's bisa jadi sudah diperkirakan sebelumnya. Oleh karena itu, investor tidak lagi menyikapi dengan euforia besar.

Namun, Analis Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar berpendapat, naiknya kembali rating utang Indonesia tetap menjadi kabar baik yang mengejutkan pasar. "Kemampuan kita membayar jadi semakin baik. Artinya, risiko default kecil, spread bertambah kecil, dan yield obligasi pun akan mengecil," kata Anil, Jumat lalu.

Anil menambahkan, obligasi korporasi akan ikut menikmati yield yang lebih kecil juga nantinya. Pasalnya, obligasi korporasi cederung mengacu pada SUN dan akan turut menerima imbas positif dalam jangka menengah.

Meski begitu, performa obligasi Indonesia masih terus dihadapkan pada sentimen eksternal, khususnya dari bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserves. Rencana kenaikan suku bunga the Fed yang semakin cepat bisa membuat yield bergerak fluktuatif.

Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed menjadi sentimen negatif bagi obligasi dalam negeri. "Komposisi investor asing di obligasi kita saat ini sekitar 39%. Outflow asing yang besar bisa berbahaya buat SUN," ujar Desmon.

Desmon memperkirakan, sepanjang April yield SUN bertenor 10 tahun masih akan berada di kisaran 6,4%-6,9%. Dengan catatan, "Yield US treasury 10 tahun juga stabil di level 2,8% dan nilai tukar rupiah terjaga stabil," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×