kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengincar laba dari pendidikan anak usia dini


Kamis, 22 November 2012 / 12:12 WIB
ILUSTRASI. Getuk salah satu cemilan asli Indonesia yang manis dan berasal dari Jawa Timur


Sumber: Kontan 22/11/2012 | Editor: Havid Vebri

Bisnis pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini (PAUD) kian marak. Selain pemain lokal, bisnis PAUD juga diramaikan brand asing. Salah satunya adalah Bright Star International Preschool asal Inggris.

Lembaga pendidikan khusus anak ini dibawa masuk ke Indonesia oleh Dian Sukmawan yang berdomisili di Cengkareng, Jakarta Barat. Dian mulai menawarkan kemitraan Bright Star pada tahun ini.

Saat ini, Bright Star sudah memiliki tiga mitra yang berlokasi di Bandung dan Semarang. Namun, semua sekolah, termasuk milik pusat, baru memulai proses belajar-mengajar pada Juli 2013, sesuai jadwal tahun ajaran baru.

“Saat ini, semua sekolah sedang dalam tahap pendirian. Kami akan mematangkan semua proses agar tahun depan sudah mulai rekrutmen dan memulai pengajaran,” kata Dian.

Dian mengklaim, Bright Star menggunakan metode belajar unggul. Setiap materi yang diajarkan di PAUD ini didesain untuk diaplikasikan langsung oleh para siswa.

Selain metode belajar, kurikulum pelajaran juga mengadopsi yang dipakai Bright Star International Preschool di Inggris. Tenaga pengajarnya juga akan direkrut sesuai standar international, seperti keharusan mahir berbahasa Inggris.

Dian optimistis, metode tersebut dapat diterima masyarakat. Ia pun menargetkan, bisa menjaring delapan mitra baru hingga tahun 2014.

Bright Star menawarkan satu paket kemitraan dengan biaya investasi Rp 300 juta. Biaya itu sudah termasuk franchise fee sebesar Rp 50 juta, kurikulum berbasis internasional, pengembangan usaha, rekrutmen guru, pelatihan guru setiap bulan, renovasi sekolah, dan fasilitas pendidikan lainnya.

Dian menargetkan mendapatkan omzet tiap sekolah Rp 800 juta hingga Rp 1,5 miliar dalam setahun, atau sekitar Rp 66 juta hingga Rp 125 juta per bulan. Sementara, laba bersihnya berkisar Rp 70 juta hingga Rp 700 juta per tahun.

Dengan demikian, mitra akan balik modal dalam jangka satu tahun hingga empat tahun. “Omzet minimal itu kami hitung dengan asumsi mitra bisa menekan biaya sekolah serendah mungkin,” ucap dia.

Bright Star memungut biaya royalti dari tiap mitra sekitar 5% - 10% dari omzet bulanan. Murid yang bersekolah di Bright Star akan dipungut biaya sekolah berkisar antara Rp 300.000 sampai Rp 1,5 juta per bulan.

Selain itu, ada juga uang pembangunan sebesar Rp 3 juta - Rp 6 juta per tahun. Biaya pembangunan itu mencakup seragam, buku, fasilitas pendidikan, dan ekstrakurikuler untuk anak-anak.

Setiap sekolah akan berisi delapan kelas yang dibagi dalam empat kurikulum, yakni nursery A, nursery B, kindergarten A, dan kindergarten B.  Setiap kelas maksimal berisi 20 siswa. Luas setiap sekolah minimal 300 meter persegi.

Pengamat waralaba dari Proverb Consulting, Erwin Halim menilai, bisnis PAUD sangat kompetitif karena sudah banyak sekali pemainnya. Berhubung Bright Star mengusung kurikulum internasional, target pasarnya adalah kalangan menengah ke atas.

Jika ingin sukses, pemilihan lokasi tentu harus lebih tepat. “Kalau bisa, lokasinya jangan berdekatan dengan sekolah intenasional lainnya,” sarannya. Selain itu, sumber daya manusia atau tenaga pengajar di sekolah ini juga harus menjadi perhatian utama.

Erwin menyarankan, Bright Star harus melakukan seleksi ketat dan memberikan pelatihan khusus kepada tenaga pengajar, sehingga sumber daya manusia ini bisa menunjang bisnis sekolah.

Bright Star International
Preschool
Jl. Suka Menanti no. 114
Rawa Buaya – Jakarta Barat
HP: 081389697800

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×