kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mayoritas bahan pangan impor, butuh pengembangan di sektor hulu


Rabu, 04 Juli 2018 / 13:53 WIB
Mayoritas bahan pangan impor, butuh pengembangan di sektor hulu
ILUSTRASI. PANEN GARAM


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas bahan pangan industri makanan dan minuman Indonesia masih bersandar pada impor. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh investasi pada sektor hulu yang masih dinilai kurang.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan, untuk investasi di hilir alias pabrik relatif lebih mudah dan murah. Dalam perhitungannya mengacu pada data BKPM, rata-rata investasi hilir industri makanan dan minuman di kisaran Rp 20 miliar.

"Dengan nilai itu artinya banyak didominasi industri kecil menengah, itu bisa bangun pabrik biskuit. Tapi kalau ke hulu itu yang Rp 100 miliar lebih," kata Adhi, Rabu (4/7).

Investasi di hulu yang ia maksud adalah fokus pada sektor pengembangan sumber daya alias fokus pada sektor on-farm. Misal pada lahan perkebunan di sektor industri agrobisnis dan pada tambak ikan pada perikanan.

Namun pengusaha industri makanan dan minuman masih cenderung menahan investasi pada sektor tersebut karena menilai proses administrasi yang panjang walau sudah memiliki skema relaksasi pajak. 

"Menurut saya PMK tax holiday untuk investasi Rp 500 miliar masih terlalu besar karena antara Rp 100 miliar-Rp 200 miliar harusnya sudah bisa. Apalagi di negara lain investor banyak yang dikasih red carpet," kata Adhi. Tak hanya itu, masih kerap terjadi konflik agraria dengan pemerintah daerah yang menahan proses realisasi investasi.

Dalam perhitungan Adhi, mayoritas bahan baku pangan industri masih bersumber impor. Ia memberi contoh seperti terigu masih seluruhnya impor, susu 80% impor, garam 70% impor, gula 80% impor serta bahan perasa dan pewarna 60%-70% impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×