kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih ada sumber tekanan baru, waspadai potensi pelemahan rupiah hingga akhir tahun


Jumat, 13 Juli 2018 / 19:30 WIB
Masih ada sumber tekanan baru, waspadai potensi pelemahan rupiah hingga akhir tahun
ILUSTRASI. Gubernur BI Perry Wajiyo


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai, kebijakan yang ditempuh BI mulai membuat imbal hasil di pasar Surat Berharga Negara (SBN) kompetitif sehingga mendorong arus modal asing masuk (capital inflow). Di sisi lain, suplai dollar Amerika Serikat (AS) yang cukup dari korporasi, turut memperkuat stabilitas rupiah.

Menurut Perry, sejak 2 Juli-12 Juli lalu, tercatat inflow di pasar SBN sebesar Rp 7,1 triliun. Sementara rata-rata suplai dollar AS dari korporasi mencapai US$ 500 juta-US$ 600 juta per hari.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah mengatakan, setelah ada arus modal keluar (capital outflow) yang cukup besar dan diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan BI khususnya 50 basis points (bps) bulan lalu, imbal hasil SBN memang meningkat signifikan. 

Investor asing yang berkarakter trader yang mencari keuntungan dari volatilitas harga, kata Piter akan memanfaatkan waktu tersebut untuk kembali masuk ke pasar keuangan dalam negeri.

"Tapi kita jangan cepat bergembira dulu. Investor tipe trader ini juga yang akan cepat menjual SBN-nya dan keluar dari Indonesia saat ada sumber tekanan baru," kata Piter kepada Kontan.co.id, Jumat (13/7).

Meski investor masuk ke tenor jangka panjang, bukan berarti investasi jangka panjang. Sebab, mereka bisa menjual kapan saja. Jika hal itu terjadi, maka rupiah akan melemah lagi. "Hal ini menggambarkan rupiah sampai akhir tahun ini masih sangat rentan karena sumber tekanan masih ada," tambahnya.

Sumber tekanan yang dimaksud, pertama, kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed sebanyak dua kali sebesar 25 bps hingga akhir tahun ini. Kedua, ketegangan perdagangan yang semakin mengarah ke perang dagang. Ketiga, neraca perdagangan Indonesia yang masih defisit sampai Mei lalu.

Piter memperkirakan, nilai tukar rupiah bisa menguat pada Juli-Agustus meski di kisaran Rp 14.000 per dollar AS. Namun, jika neraca perdagangan Juni mencatat surplus, rupiah bisa menguat ke level Rp 13.800-Rp 13.900 per dollar AS.

"Tapi rupiah besar kemungkinan kembali melemah pada September saat The Fed menaikkan suku bunga," kata dia. 

Sampai akhir tahun, Piter perkirakan rupiah masih di kisaran level Rp 14.000 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×