kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Layak investasi dari S&P buat BKPM makin pede


Kamis, 01 Juni 2017 / 20:33 WIB
Layak investasi dari S&P buat BKPM makin pede


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merasa semakin percaya diri pasca Standard & Poor's (S&P) meningkatnya rating surat utang Indonesia menjadi investment grade.  

Kepala BKPM, Thomas Lembong mengatakan, predikat layak investasi ini bakal membuat Indonesia memiliki akses yang lebih besar bagi para investor.

"Tentunya sekarang, kalau kami keliling dunia, bisa jualan dengan lebih gagah," ungkapnya di kantor BKPM, Jakarta Selatan, Rabu (31/5).

Hal tersebut juga memberikan angin segar bagi pemerintah untuk menarik investor asing agar mau berinvestasi di Indonesia. Pasalnya, selama ini, masih banyak investor yang ragu-ragu berinvestasi di Indonesia.

"Semoga kenaikan peringkat ini membantu mendorong investor untuk memasukkan investasinya di Indonesia," ujar Thomas.

Di sisi lain, pemerintahan Joko Widodo tengah gencar untuk menggaet investor asing asal negara-negara 'non-tradisional'. Negara-negara tersebut merupakan negara yang tidak biasa berpartisipasi dalam investasi di Indonesia, seperti Timur Tengah, Afrika, India, Rusia, dan lain-lain.

Thom Lembong menjelaskan, investasi pada beberapa industri bisa cocok dengan negara-negara 'non-tradisional' tersebut. Misal Timur Tengah berpotensi berinvestasi di proyek infrastruktur yang sudah berjalan dan omzetnya sudah stabil.

"Timur tengah lebih tertarik ke proyek yang sudah setengah jalan, misal proyek bandara, proyek pembangkit listrik, pariwisata, pelabuhan," tuturnya.

Selanjutnya, Rusia dinilai berpotensi investasi di bidang kilang minyak dan pariwisata. Menurut Thom Lembong, banyak wisatawan asal Rusia yang senang mengunjungi Indonesia, khususnya Pulau Dewata, Bali.

"Masih banyak sekali potensi investasi dari Timur Tengah dan Rusia yang dulu tidak pernah digarap. Padahal mereka tergolong capital rich yang punya basis modal sangat besar, tapi belum pernah digarap secara sistematis," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×