kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45981,69   -8,68   -0.88%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laju PDB tertahan sektor pertanian


Selasa, 08 Mei 2018 / 13:21 WIB
Laju PDB tertahan sektor pertanian
ILUSTRASI. Petani panen padi


Reporter: Adinda Ade Mustami, Herlina KD | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia kuartal I-2018 gagal mencapai target pemerintah 5,2%. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini sebesar 5,06% year on year (YoY). Pertanian menjadi satu sektor ekonomi dengan kinerja yang paling rendah.

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha pada kuartal I-2018 mencatatkan angka positif di semua lini (lihat grafis). Namun khusus di sektor pertanian, terjadi penurunan pertumbuhan dibandingkan dengan kuartal I-2017.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, sektor pertanian sebagai penyumbang PDB terbesar kedua sebesar 13,26% hanya tumbuh 3,14%. Angka pertumbuhan tersebut melambat dibanding kuartal-I 2017 yang 7,15%. Hal ini karena sektor tanaman pangan terkontraksi 3,96% akibat pergeseran musim panen.

Pada awal tahun ini, periode Januari-Februari panen belum menggembirakan. Puncak panen baru terjadi di Maret dan April. "Pada tahun 2017, panen terjadi Januari sampai Maret," jelas Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (7/5).

Dengan kondisi itu maka hampir seluruh tanaman pangan mencatatkan penurunan produksi, kecuali jagung dan kedelai. Hal ini juga terindikasi dari inflasi bahan pangan yang mencatatkan nilai terbesar dibandingkan komponen lain sebesar 2,35% hingga bulan April 2018.

Namun ke depan, BPS memprediksi, kontribusi pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian masih berpotensi meningkat. Selain dari tanaman pangan yang mengalami puncak panen pada April, dorongan ekonomi juga berasal dari tanaman perkebunan.

Hal itu seiring dengan keniakan produksi kelapa sawit setelah pulih dari dampak El Nino pada tahun 2015 silam. Selain itu curah hujan yang tinggi sangat kondusif untuk peningkatan produksi buah tropis dan sayuran.

Sentuhan sektor riil

Di sisi lain, industri pengolahan juga tampak bangkit dengan pertumbuhan sebesar 4,5% YoY di kuartal-I tahun ini. Angka itu naik dibanding kuartal-I 2017 yang sebesar 4,28%. Secara terperinci, pertumbuhan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan industri nonmigas sebesar 5,03%, naik dari kuartal-I 2017 yang sebesar 4,8%. "Industri makanan dan minuman tumbuh 12,7% dibanding kuartal-I 2017 sebesar 7,7%," kata Suhariyanto.

Kemudian industri tekstil dan pakaian jadi tumbuh 7,53%, lebih baik dari kuartal pertama tahun lalu yang hanya 0,32%. Industri alat angkut juga tumbuh 6,33%, naik dibanding kuartal pertama 2017 yang 3,06%.

Sektor lain yang tumbuh tinggi adalah sektor perdagangan dengan sumbangan 13,12%. Sektor ini tumbuh 4,96%, lebih tinggi dari realisasi kuartal-I 2017 yang tumbuh 4,61%. "Indikasinya ada banyak, terlihat dari penjualan mobil dan motor yang meningkat, output makanan dan minuman, hingga peningkatan penjualan alat berat," terang Suhariyanto.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menyebut, ekonomi kuartal I-2018 belum tumbuh pada potensi tertingginya. Padahal, dia mengklaim, sisi kebijakan moneter sudah optimal mendorong pertumbuhan ekonomi.

Salah satunya dengan menjaga suku bunga acuan di level rendah 4,25% agar kredit perbankan meningkat. "Saya rasa tinggal kebijakan-kebijakan di sektor riil untuk bisa mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi lagi. Supaya manufaktur bisa tumbuh lebih tinggi, sektor perdagangan lebih lancar dan sektor lain juga bisa tumbuh lebih tinggi," katanya.

Catatan Peristiwa Triwulan I-2018

- Realisasi penanaman modal di BKPM Rp 185,3 triliun, naik sebesar 3,2% (q-to-q) dan 11,8% (YoY).

- Penjualan mobil secara

- Penjualan sepeda motor secara

- Produksi semen sebesar 15,71 juta ton, atau turun 18,09% (q-to-q) dan naik 3,10% (YoY).

- Penjualan semen sebesar 16,42 juta ton, atau turun 17,19% (q-to-q) dan naik 8,44% (YoY).

- Nilai ekspor Indonesia JanuariMaret 2018 mencapai US$ 44,27 miliar atau meningkat 8,78% dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$ 40,21 miliar atau meningkat 9,53%.

- Nilai impor Indonesia Januari-maret 2018 mencapai US$ 40,03 miliar, naik 5,93% YoY, sedangkan impor non migas US$ 28,26 miliar, naik 15,11%.

Sumber: BPS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×