kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laju ekonomi kuartal II diramal di atas 5%


Senin, 17 Juli 2017 / 10:25 WIB
Laju ekonomi kuartal II diramal di atas 5%


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini diperkirakan masih cukup memuaskan. Meskipun sempat ada kekhawatiran ekonomi melambat akibat pelemahan daya beli, tapi Bank Indonesia (BI) dan para pakar ekonomi memperkirakan, laju ekonomi kuartal II-2017 masih bisa mencapai 5,1%.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, berdasarkan hasil survei penjualan eceran yang dirilis pihaknya terlihat bahwa penjualan eceran selama April hingga Juni 2017 membaik. "Penjualan eceran mengalami kenaikan didukung dengan kegiatan selama Ramadan dan juga kenaikan gaji dan tunjangan hari raya (THR)," kata Perry, Jumat (14/7) lalu.

Hasil survei itu menunjukkan bahwa Indeks Penjualan Riil (IPR) Mei 2017 tumbuh 4,3% year on year (YoY), sedikit lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 4,2% YoY. Sementara IPR Juni diperkirakan tumbuh lebih tinggi, sebesar 6,7% YoY.

Hal itu mengindikasikan penjualan eceran pada kuartal kedua lebih baik dibandingkan dengan kondisi di awal tahun, terutama didorong oleh pertumbuhan komoditas. Namun pertumbuhan penjualan kuartal kedua 2017 yang sekitar 5,1% YoY masih lebih rendah dari Juni 2016 yang mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 16,3% YoY.

Pertumbuhan penjualan eceran tersebut terutama didorong oleh penjualan makanan. Di Mei, penjualan makanan tumbuh 9,7% YoY. Di Juni, pertumbuhan penjualan komoditas tersebut berlanjut menjadi sebesar 10,9% YoY.

Lebih lanjut Perry menjelaskan, perbaikan penjualan eceran bisa mendorong laju ekonomi kuartal kedua tahun ini, khususnya dari sisi konsumsi. Dengan demikian kata dia, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini masih bisa mencapai 5,1%.

"Tempo hari memang di awal-awal ada indikasi datanya menunjukkan beberapa faktor pelemahan. Tetapi dengan beberapa indikator terakhir 5,1% di kuartal kedua itu kemungkinan masih bisa dicapai," tambah Perry. Sementara di akhir tahun, ia memperkirakan ekonomi bisa tumbuh 5,2%.

Ekspor naik

Penyokong pertumbuhan ekonomi juga berasal dari kegiatan ekspor-impor. Menurut Perry, ekspor non migas pada Juni 2017 masih meningkat karena perbaikan pada komoditas berbasis sumberdaya alam, seperti batubara, kelapa sawit, nikel, kopi, dan karet. Sementara kinerja ekspor produk kimia, alas kaki, bahan kertas, dan mesin alat elektronik juga mengalami perbaikan. "Lagi-lagi sektor eksternal itu masih memberikan sumbangan ke pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di kuartal kedua tahun ini," tambah Perry.

Perbaikan ekspor ini akan menghasilkan surplus pada neraca dagang Juni 2017 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (17/7). Perry memperkirakan besaran surplus mencapai US$ 1,4 miliar. Surplus tersebut terutama ditopang oleh surplus neraca nonmigas sebesar US$ 1,9 miliar. Sementara neraca migas mengalami defisit sekitar US$ 500 miliar-US$ 600 miliar.

Ekonom Institute For Development Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2017 hanya akan mencapai 5,05 YoY. Daya beli yang melemah menyebabkan ekonomi susah melesat dibandingkan kuartal I-2017 yang sebesar 5,01% YoY.

Pelemahan itu terindikasi dari indeks penjualan riil per Mei atau sebelum Lebaran hanya tumbuh 4,3% YoY. Angka itu lebih rendah dibandingkan Mei 2016 yang mencapai 13,6%. Data Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (IKAPPI) juga mengungkap omzet Lebaran kemarin turun 38% YoY. "Momentum Lebaran tahun ini tidak bisa mendongkrak konsumsi rumah tangga secara signifikan," kata Bhima.

Sebelumnya ekonom PT Bank Mandiri Tbk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2017 berada pada kisaran 5,1%-5,2%. Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton H Gunawan mengatakan, pendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun ini diperkirakan masih berasal dari konsumsi rumah tangga yang terangkat oleh tunjangan hari raya (THR).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×