kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit sepi, bank menaruh duit di SBN


Rabu, 02 Mei 2018 / 08:27 WIB
Kredit sepi, bank menaruh duit di SBN
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepemilikan bank di surat berharga negara (SBN) semakin menggemuk. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, kepemilikan bank di SBN tumbuh 17,11% secara year to date menjadi Rp 575,74 triliun per Kamis (26/4).

Kepemilikan bank di SBN tertinggi terjadi pada 6 Maret lalu. Saat itu, kepemilikan perbankan sempat mencapai Rp 613,29 triliun, setara 28,62% dari total SBN yang diperdagangkan.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, pertumbuhan kepemilikan bank di SBN saat ini termasuk tinggi. Mengingat, perbankan masih catatkan posisi beli bersih alias net buy sebesar Rp 84,13 triliun. "Tahun lalu kepemilikan bank di SBN itu net buy sebesar Rp 92 triliun, sekarang baru empat bulan sudah sebanyak itu," kata dia, beberapa waktu yang lalu.

Ketentuan GWM

Penyebab dana bank banyak masuk ke SBN lantaran pertumbuhan kredit yang belum signifikan. Dana pihak ketiga masih banyak yang belum tersalurkan ke kredit, sehingga bank menempatkan dulu dananya di SBN.

Bank lebih memilih menyimpan dana di SBN karena instrumen tersebut mampu memberi return lebih tinggi ketimbang deposito atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Analis IBPA Ifan Mohamad Ihsan menambahkan, SBN juga dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM) bank, terutama GWM sekunder.

Karena itu, Ariawan memprediksi kepemilikan bank di SBN masih bisa bertambah, terutama untuk memenuhi ketentuan GWM. Permintaan SBN dari perbankan masih akan tetap tinggi. "Tipikalnya bank memang aktif trading di pasar sekunder obligasi," kata Ariawan. 

 Namun, bayang-bayang kenaikan suku bunga The Federal Reserve yang lebih cepat serta sentimen perang dagang masih menjadi faktor negatif bagi pasar obligasi. "Respons bank sentral terhadap hal tersebut pasti menjadi perhatian pelaku pasar," ungkap Ifan.

Ariawan memperkirakan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun di akhir tahun nanti akan berada di level 7%. "SBN masih jadi instrumen yang lebih menarik bagi bank untuk mendapatkan return yang lebih tinggi," kata Ariawan. Ia optimistis di akhir tahun nanti kepemilikan bank di SBN akan bertambah sekitar Rp 100 triliun lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×