kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KEN Minta basis penerima insentif pajak diperluas


Jumat, 16 November 2012 / 14:25 WIB
KEN Minta basis penerima insentif pajak diperluas
ILUSTRASI. Detail botol berisi vaksin COVID-19 Moderna. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/aww.


Reporter: Agus Triyono |

JAKARTA. Komite Ekonomi Nasional (KEN) meminta pemerintah bisa memperluas basis investasi dan usaha penerima insentif pajak, dari yang sebelumnya hanya diberikan kepada investasi yang sifatnya pioner bertambah ke investasi yang bertujuan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Upaya tersebut diperlukan, agar kualitas sumber daya manusia Indonesia yang selama ini masih belum begitu tinggi bisa terus ditingkatkan.

Chairul Tanjung (CT), Ketua KEN mengatakan bahwa kualitas sumber daya manusia di Indonesia saat ini perlu diberikan perhatian yang lebih. Selain untuk memperbaiki hidup dari masyarakat Indonesia tambahnya, peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut juga diperlukan untuk mengubah pola pertumbuhan ekonomi Indonesia dari yang selama ini berbasis sumber daya alam dan buruh murah menjadi ekonomi berbasis sumber daya manusia dan teknologi.

CT khawatir, jika kualitas sumber daya manusia Indonesia dibiarkan seperti sekarang ini, akan membuat pola pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini sedang berada di puncak keemasannya akan mengalami kemunduran.

“Banyak contoh, betapa banyak negara dengan pendapatan menengah dan menuju negara maju, justru malah mengalami the middle income trap, mereka mengalami kejenuhan pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan yang mereka punyai hanya bertumpu kepada sumber daya alam dan buruh murah saja, makanya ini harus kita ubah,” kata Chairul pekan ini.

Ada beberapa cara kata Chairul yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk melaksanakan usulan komitenya tersebut. Salah satunya, dengan memberikan fasilitas pengurangan pajak buku, aktivitas penelitian dan pengembangan.

“Pilih juga, industri unggulan untuk dikembangkan dan investasi langsung yang melakukan transfer teknologi dan pengetahuan,” katanya.

Insentif usaha

Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute mengatakan bahwa untuk mendorong masuknya investasi dan industri dengan teknologi tinggi sehingga bisa bermanfaat bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia insentif usaha memang diperlukan.  Apalagi, sampai dengan saat ini, investasi yang masuk dalam bidang teknologi, dan pendidikan memang masih sedikit.

“Bisa dalam bentuk macam-macam insentif itu diberikan, bisa keringanan pajak, atau malah kalau perlu dikasih uang kalau memang teknologi perusahaan yang mau investasi di sini tersebut memang dibutuhkan oleh kita,” kata Purbaya.

Masalah kualitas sumber daya manusia Indonesia selain mendapatkan perhatian dari KEN, beberapa waktu yang lalu juga mendapatkan perhatian khusus dari Mckinsey Global Institute dan juga Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

McKinsey Global misalnya melalui Raoul Oberman, Kepala McKInsey Global Institute mengatakan bahwa saat ini kualitas sumber daya manusia Indonesia masih mengkhawatirkan. Ini, setidaknya bisa dilihat dari masih kecilnya tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja Indonesia yang dalam satu tahun pertumbuhannya hanya mencapai 3% saja.

Sementara itu OECD melalui Angel Guria, Sekretaris Jenderalnya, mengatakan bahwa masih rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia ini bisa dilihat dari perbandingan produktivitas tenaga kerja Indonesia dengan Malaysia terhadap PDB. Produktivitas tenaga kerja Indonesia hanya sebesar US$ 6 ribu saja dari PDB sementara itu Malaysia bisa mencapai US$ 14 ribu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×