kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebijakan ekonomi AS jadi kekhawatiran BI


Jumat, 28 April 2017 / 16:17 WIB
Kebijakan ekonomi AS jadi kekhawatiran BI


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) yang cenderung proteksionis masih menjadi hal yang dikhawatirkan oleh BI. Selain itu, BI melihat The Fed yang total balance sheet-nya hanya US$ 800 miliar di tahun 2009, saat ini sudah naik signifikan sampai di US$ 4,5 triliun.

“Mereka umumkan akan turunkan neraca keuangan, maka kita mesti pelajari seperti apa langkah-langkah yang akan dilakukan AS untuk turunkan neraca itu. Jadi kondisi di AS bunga akan naik dan neraca keuangan turun, ini bisa berdampak ke emerging market,” jelas Gubernur BI, Agus Martowardojo di Gedung BI, Jakarta, Jumat (28/4).

Namun demikian, ia melihat kondisi ekonomi Indonesia secara umum baik dan bisa menghadapi tantangan ini secara seksama. “Kalau Indonesia memang dari 2005 sampai 2015 rata-rata pertumbuhan ekonominya ada di 5,8%. Kami melihat di 2017 ini kondisi ekonomi dunia lebih baik dari 2016 karena pertumbuhan ekonomi dunia di 2016 adalah 3,1% sedangkan di 2017 baru dikoreksi meningkat jadi 3,5%,” kata dia.

Agus melanjutkan, di semester I-2017, prediksi tentang pertumbuhan ekonomi dunia memang selalu dikoreksi turun tetapi baru kali ini ada koreksi peningkatan.

Direktur Departemen Riset Dana Moneter Internasional (IMF) Maurice Obstfeld mengatakan, pertumbuhan ekonomi Asean tahun ini bisa mencapai 5,1%. Lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi global yang hanya 3,5%.  "Pada tahun depan kawasan Asean tumbuh 5%. Sedangkan global tumbuh 3,5%,” katanya. 

Untuk Indonesia. BI melihat bahwa nantinya pada kuartal III dan IV tahun ini, pertumbuhan ekonomi akan berada di atas 5,2%. Itulah yang akan menyebabkan pada tahun ini pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×