kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kalangan industri masih belum khawatir pasca kenaikan BI Rate sebesar 0,25%


Jumat, 04 Februari 2011 / 16:08 WIB
Kalangan industri masih belum khawatir pasca kenaikan BI Rate sebesar 0,25%
ILUSTRASI. Pemadaman kebakaran lahan


Reporter: Evilin Falanta, Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Hari ini (4/2) Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,75%. Tentu saja, para pengusaha makin berhati-hati menetapkan langkah bisnisnya, terutama yang pengaruhnya cukup besar dengan tingkat bunga kredit perbankan seperti sektor otomotif dan properti.

Ketua Umum Asosiasi Industri otomotif Indonesia, Jongkie D. Sugiarto mengatakan, sekitar 70% penjualan otomotif di Indonesia itu melalui kredit perbankan.

Dengan kenaikan BI rate, bunga kredit pun biasanya ikut naik. "Kenaikan BI rate bisa bisa mempengaruhi penjualan otomotif jika kenaikannya signifikan," katanya.

Namun, dengan BI rate yang kenaikannya hanya 25 bps, saat ini dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap industri otomotif. Jongkie berpendapat, kenaikan BI rate bakal mengancam industri otomotif jika mendekati angka 10% seperti yang dialami Indonesia pada krisis global 2008 silam.

"Saat ini saya optimis target penjualan otomotif khususnya mobil bisa tercapai," katanya.

Sekadar catatan, Gaikindo memprediksikan tahun 2011 penjualan kendaraan beroda empat di Indonesia meningkat 4,2% menjadi 797.258 unit di banding tahun 2010 yang sebanyak 764.710 unit.

Senada dengan Jongkie, pengusaha di sektor properti pun masih menganggap wajar kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin tersebut. Direktur PT Ciputra Development Tbk mengatakan, kenaikan BI Rate kali ini belum akan mempengaruhi kredit KPR properti.

Saat ini besaran kredit KPR masih di kisaran 9%-10%. "Akan menjadi ancaman jika BI Rate telah melampaui 10%, karena kredit perbankan pasti akan sangat tinggi," katanya.

Walaupun begitu, Ketua Umum Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofyan Wanandi mengingatkan, tetap saja kenaikan BI rate ini akan terasa, terutama para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan sektor manufaktur. "Mereka sangat rentan dengan kenaikan bunga kredit karena daya tahan bisnis mereka lemah," katanya.

Sofyan mengatakan, ketersediaan pasokan barang tentunya harus menjadi perhatian pemerintah, agar kenaikan barang-barang tidak menjadi diluar kontrol. "Selain inflasi, penyebab kenaikan BI rate itu karena memang ada masalah permintaan dan pasokan barang," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×