kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jelang lebaran, kebutuhan gula rafinasi meningkat 30%


Rabu, 29 Juni 2011 / 16:32 WIB
Jelang lebaran, kebutuhan gula rafinasi meningkat 30%
ILUSTRASI. Wisatawan domestik menikmati pemandangan saat liburan Idul Adha 1441H di masa Adaptasi Kebiasaan Baru tahap II di obyek wisata Tanah Lot, Tabanan, Bali, Sabtu (1/8/2020). Obyek wisata tersebut mulai dikunjungi wisatawan dari luar Pulau Bali dengan menerap


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kebutuhan gula rafinasi bagi industri makanan dan minuman diperkirakan akan mengalami kenaikan hingga 30% menjelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.

Ketua Forum Industri Pengguna Gula (FIPG) Franky Sibarani mengatakan, kebutuhan gula rafinasi mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan produksi oleh industri makanan dan minuman untuk pemenuhan keburuhan jelang lebaran. Peningkatan produksi sendiri telah dilakukan sejak Juni hingga Juli nanti. "Kenaikan produksinya sekitar 20% hingga 30%," kata Franky dalam siaran persnya, Selasa (28/6).

Menurut Frangky, peningkatan produksi terutama dilakukan pada makanan dan minuman jenis tertentu seperti sirup dan biskuit. Maklum, kedua produk itu paling banyak dikonsumsi saat bulan puasa dan lebaran.

Terkait peningkatan konsumsi gula rafinasi itu, maka Franky menyebut FIPG telah meminta pemerintah agar menjamin realisasi kontrak-kontrak pembelian dengan industri gula rafinasi. "Kami juga mendukung upaya Kementerian Perdagangan dalam mengaudit penyaluran gula rafinasi," katanya.

Menurutnya, hal itu dilakukan terkait merembesnya gula rafinasi ke pasar. Dia berharap kerjasama antara industri makanan dan minuman dengan industri gula rafinasi selama ini menjadi pertimbangan utama dalam penjualan gula rafinasi.

Di sisi lain, Franky mengatakan FIPG menolak usulan sentralisasi impor gula baik gula putih maupun gula rafinasi. Menurutnya, industri makanan dan minuman yang sudah terkendala dengan adanya pembatasan pengadaan gula rafinasi akan makin kesulitan dengan adanya sentralisasi impor.

Sekjen Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Suryo Alam mengatakan, industri gula rafinasi sudah siap mengantisipasi adanya lonjakan permintaan menjelang lebaran. "Kami siap menjamin suplai bagi industri makanan dan minuman," kata Suryo.

Lebih lanjut, dia menyebut, langkah antisipasi telah dilakukan industri gula rafinasi dengan meningkatkan produksinya sebesar 30%. Pemerintah juga sudah mendukung dengan menginzinkan impor bahan baku raw sugar yang cukup.

Permintaan gula rafinasi untuk antisipasi lebaran sendiri menurut Suryo biasanya dilakukan sejak 5 bulan sebelum lebaran. Untuk tahun ini, permintaan sudah mengalami peningkatan sejak bulan April. Jika permintaan rata-rata perbulan sebelumnya hanya 192.581 ton, maka menjelang lebaran permintaan bisa meningkat hingga 250.007 ton per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×